Tujuh Puluh Satu DETEKTIF DADAKAN

2.5K 726 89
                                    

Di hari yang mendung dengan langit abu-abu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di hari yang mendung dengan langit abu-abu

Selamat membaca teman-teman
Semoga hari kalian tetap berwarna terang

Boleh minta tolong dikoreksi typonya?

*

Ketika semua orang pada akhirnya tidak buru-buru tidur, Gemintang mencegat Bapaknya di tempat parkir pondok.

"Ibumu ga ngunci rumah atau gimana, Mi? Pintu dibiarkan terbuka sementara kalian pergi."

"Eh? Dikunci Pak tadi. Kuncinya sama Ibuk."

"Tapi pintu depan ngablak kok. Tadi Bapak di telpon sama hansip karena katanya susah nelpon kalian."

"Tapi dikunci, Pak. Gemintang lihat sendiri."

"Ada yang aneh. Ya sudah. Soal rumah bicara nanti. Ada apa?"

Gemintang mengangguk dan menarik Bapaknya untuk sedikit menepi.

"Ada apa?" Bapaknya mengulangi pertanyaannya.

"Antar Gemintang ke alamat ini, Pak." Gemintang menunjukkan ponselnya.

"Rumah siapa? Ada perlu apa kok malam-malam? Apa pengen makan apa kamu itu?"

"Memastikan sesuatu, Pak. Bukan pengen apa-apa."

"Pamitan sama Angger sana."

"Ga usah. Mas Angger sedang sibuk. Nanti kita balik cepat kok, Pak. Wis, ayok." Gemintang menarik tangan Bapaknya menuju motor. Bapaknya yang heran, memakaikan Gemintang pelindung kepala. Mereka berjalan keluar dengan motor yang dituntun hingga pos jaga. Gemintang membantu Bapaknya menyerahkan kartu tanda masuk dan menjelaskan sedikit hal bahwa mereka adalah bagian dari keluarga Sutrisno yang sedang berada di tempat itu untuk sebuah ruqyah.

Mereka akhirnya bisa keluar dari gerbang pondok diantara lalu lalang penghuni pondok yang masuk kembali setelah ada kepentingan di luar.

"Lewat mana Pak biar agak cepat?" Gemintang bertanya pada Bapaknya. Suaranya berusaha mengalahkan suara lalu lalang motor yang mendahului mereka.

"Kandang Menjangan saja biar ga terlalu ramai."

Gemintang mengangguk. Motor melaju semakin menjauh dari daerah Krapyak. Jalanan utama yang mulai ramai membuat Gemintang berpeluh hebat. Dia menghela napas lega ketika sudah melintasi ring road selatan. Bapaknya sempat berhenti untuk menjawab telepon dari temannya dan Gemintang turun dari motor untuk meregangkan tubuhnya. Mereka kembali meneruskan perjalanan hingga akhirnya melewati daerah Kandang Menjangan dan keluar lagi menuju jalan utama dan sampai di jalan Wirobrajan setelah 15 menit kemudian.

DARI BALIK KELAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang