Lima belas DICULIK

4.8K 968 101
                                    

Ada yang nungguin naskah ini?

*

Gemintang menatap perempuan yang ada di depannya. Perempuan yang fasih berbahasa Indonesia. Bahkan sangat luwes menggunakan bahasa Jawa halus di beberapa kesempatan.

"Aku akan mengunjungi Ibu kalau sudah seperti ini. Pasti. Karena aku pikir selama ini...sudah..semua selesai. Tapi sekarang aku tahu, Ibu juga menginginkan aku. Aku kira Ibu hanya perduli karena aku sedang tertimpa masalah. Tapi semua ini..."

Gemintang menatap segala hal yang tertata rapi di atas meja. Bukti bahwa sang Ibu mengikuti perkembangannya walaupun melalui tangan lain. Memang sangat disayangkan, perceraian Bapak dan Ibunya menyisakan hubungan yang kurang harmonis. Apalagi setelah Ibunya menikah lagi

"Tinggal lah dengan Ibu...atau setidaknya...dekat dengan Ibu. Terlalu berbahaya kalau tetap bertahan, Gemintang. Apalagi pria itu...kabur dari rumah sakit jiwa dan belum ketemu sampai detik ini."

Gemintang termangu dan tidak mengeluarkan sepatah katapun untuk beberapa saat kemudian.

"Aku tidak bisa Bu. Banyak kewajiban ku di sini. Aku janji akan berkunjung bulan depan. Aku akan merubah tujuan liburanku."

"Kamu ini keras kepala seperti Bapakmu."

Gemintang tertawa pelan.

"Ada masa di mana kalian pernah saling jatuh cinta Bu. Jangan menodainya dengan kekesalan. Cukup Bapak saja yang sensitif dengan perceraian kalian. Jangan Ibu."

Melanie meraih tangan Gemintang dan menggenggamnya hangat. Menepuknya berulangkali dan tersenyum. Menyadari benar Gemintang adalah perpaduan sifatnya dan Hilmawan. Dan kontur wajah yang unik, membuat Gemintang jelas mencolok di banding wanita lain. Rambut kecoklatan alami, matanya adalah kombinasi antara mata hitam Hilmawan dan mata birunya. Menghasilkan biru yang tersamar dan bening.

"Ibu tidak bisa lama di Indonesia."

Gemintang mengangguk. Ibunya...dokter yang diperbantukan oleh negara Perancis untuk kejadian luar biasa yaitu mewabahnya sebuah penyakit yang menggungcang Yogyakarta bertahun lalu. Dan dengan cepat wanita itu jatuh ke pelukan Hilmawan Desembriarto yang flamboyan.

Gemintang mengerjap saat seseorang mengusap bahunya. Gemintang mendongak. Suami baru Ibunya sangat ramah. Keramahan yang tulus. Pria yang hampir mirip dengan Bapaknya yang juga lembut. Tapi Bapaknya adalah jiwa yang bebas dan terkadang bisa menjadi sangat keras. Begitulah...seniman.

Pria itu duduk bergabung. Mereka berbincang cukup lama sebelum akhirnya beranjak dan meninggalkan restoran tempat mereka bertemu.

----------------------------------------

"Aku akan mencocokkan jadwalku sama kamu. Biar kita bisa ke Perancis sama-sama." Gemintang menoleh pada Angger yang terlihat bersemangat. Lebih bersemangat darinya malah.

"Aku ga ngajak kamu."

"Gemintang..."

Angger menggeram dan mulai menggelitik Gemintang membuat Gemintang berusaha menjauh dengan terbahak.

"Itu bisa diundur dua hari ga?"

"Kan aku ga ajak kamu..."

"Isssh...tetep."

Hening untuk sesaat.

"Mas Galih sebenarnya kemana? Kenapa seperti hilang ditelan bumi? Apa tidak ada spot-spot yang penting yang biasa dikunjungi Mas--mu itu?"

Gemintang menelengkan kepalanya dan Angger menggeleng.

"Semua sudah coba didatangi dan hasilnya nihil."

DARI BALIK KELAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang