Lima Puluh Tujuh GEMINTANG DAN AKSINYA

3K 723 56
                                    

"Kalau kamu bertanya kenapa Bapak tidak nuntut hak Bapak sebagai Bapak kandungmu, alasannya adalah Bapak itu mencintai Ibumu dengan tulus."

"Pasti berat ya Pak."

"Berat tapi kalau Ibumu bahagia? Bapak itu pria yang tidak neko-neko, Le. Pikiran Bapak itu sederhana. Pikiran wong tani yutun."

"Kenapa Bapak sama Ibuk tidak bertahan dulu?"

"Bapak sama Ibukmu itu bukan hanya bertahan. Tapi berperang. Dan perang itu seperti menggempur benteng berlapis yang akhirnya kami sadari kami mustahil menang."

Galih mengangguk. Dia meletakkan sebuah kardus minuman kaleng ke atas tumpukan kardus di depannya.

"Ga kejauhan Pak? Tiap hari sepedaan Giwangan Pathuk?"

"Ora. Sudah biasa. Dulu juga sepedaan kalau mau ke Ndalem Gardhapati."

Galih mengamati kios oleh-oleh milik Bapaknya. Kios yang sedang saja. Tidak terlalu besar tapi rapi dan kesan modern sangat terasa.

 Tidak terlalu besar tapi rapi dan kesan modern sangat terasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu pasti mikir kamu itu anak haram karena kami tidak menikah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu pasti mikir kamu itu anak haram karena kami tidak menikah?"

Galih termenung dan mengangguk ragu.

"Ibuk sama Bapak mu ini menikah, Le. Menikah secara agama. Kamu anak sah kami."

Galih tertegun. Pernikahan itu ada walau hanya secara agama. Dia patut berlega hati bukan? Setidaknya dia kini bisa percaya diri bahwa dia bukan anak haram.

"Sampai Ibumu minta cerai. Alasannya karena melindungi Bapakmu ini agar tetap hidup. Semua anggota keluarga besar Ibukmu dulu itu menginginkan nyawa Bapak. Mereka berpikir Bapak merusak tatanan mereka. Kere munggah mbale dan semua julukan nista lainnya."

Galih merasa trenyuh. Dia meraih minuman kalengnya dan menyesapnya pelan.

"Dalam kenangan Bapak, seburuk apapun Ibumu itu hingga kematiannya, dia wanita yang selalu ingin menjadi wanita yang baik dan lurus. Dia wanita yang baik di mata Bapak. Tapi, Bapak tidak akan menyangkal bahwa Ibuk mu adalah wanita yang bisa melakukan apapun. Termasuk apa yang sudah terjadi padamu dan adikmu."

DARI BALIK KELAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang