Plak
Satu tamparan kembali ia dapatkan dari pria paruh baya di depannya. Matanya memerah, entah karena menahan air mata atau karena kecewa. Menatap seorang anak di depannya dengan pandangan tajam dan menusuk. Dia marah, benci, dan kecewa kepada anak itu yang sayangnya adalah anak kandungnya.
"Bukan aku pelakunya, Ayah!"
"Bukan aku!"
"Bukan aku yang membunuhnya!"
"Bun--" ucapannya terpotong ketika suara keras terdengar di telinganya.
"Diam kamu, anak sialan!"
"B-bunda..." suaranya bergetar, air matanya mengalir begitu saja, menatap penuh kecewa wanita paruh baya yang baru saja membentaknya.
Kenapa tidak ada yang percaya denganku?
Aku berkata jujur!
Bukan aku yang membunuhnya!
Bukan aku, Ayah, BundaItulah yang ada dalam benaknya. Dia tidak bersalah, kenapa dia diperlakukan seperti ini? Kenapa dia yang disakiti? Kenapa bukan orang lain?
Lamunannya buyar ketika suara sang Ibu kembali terdengar,
"Jangan pernah panggil saya dengan sebutan 'Bunda', saya menyesal telah melahirkan kamu, saya tidak punya anak seorang pembunuh sepertimu!"
"Pergi kamu dari sini, jangan pernah kamu menginjakkan kaki di rumah ini, dan jangan memakai marga Adhitama di belakang namamu!" Kini giliran sang Ayah yang bersuara.
Dia menatap tak percaya kepada ayahnya. Dia tidak salah dengar bukan? Ayahnya mengusirnya? Melarangnya memakai marga keluarganya?
Di ujung tangga dapat dia lihat kakaknya berdiri kaku disana. Berusaha memanggilnya untuk meminta pertolongan. Namun harapannya pupus ketika sang kakak berbalik tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Perlahan dia bangkit, melangkahkan kakinya keluar dari rumah-- ah sekarang bukan rumahnya lagi.
Allen pergi, selamat tinggal
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW LIFE [ ALVIAN ] - END
Teen Fiction⚠️ [ TETAP VOTE + COMMENT MESKI SUDAH END ] ⚠️ Seorang anak laki-laki kecil berjalan luntang-lantung di jalanan, tanpa alas kaki ataupun topi yang melindunginya dari sengatan sang mentari. Kaki kecilnya terus melangkah ke depan, meninggalkan jejak r...