Klik bintang sebelum baca.
Jangan lupa tinggalkan comment kalian.Happy reading!
****
Radika memacu kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata. Membelah jalanan rata beraspal hitam dengan tegas. Membelokkan stir dengan tajam ketika berada di tikungan, seakan tak takut jika malaikat maut menjemput tepat di depan mata.
Sengatan matahari tak mampu menembus kulit sawo matang pria itu. Atap dan kaca mobil yang menjadi pelindung dari teriknya sang raja siang yang tengah berkobar-kobar. Namun, masih tak mampu menghalang rasa resah dan khawatir yang senantiasa membelenggu batinnya.
Jari-jarinya mencengkeram erat stir dan membelokkan arah guna melewati jalur pintas untuk menghindari kemacetan yang kemungkinan besar terjadi di depan sana. Pria itu harus segera tiba di rumahnya karena sejak tadi merasakan sesuatu yang tak baik kala sang istri terus-terusan menelepon.
Ciiittt!
Bunyi gesekan ban mobil dengan permukaan tanah berpaving mampu mengalihkan fokus semua orang. Beberapa pasang mata menatap Radika yang baru saja keluar dari mobil dengan raut yang berbeda.
Amalia yang melihat sang suami tiba pun segera berlari dengan air mata yang terus mengalir di sepanjang pipinya. Seorang wanita yang setiap harinya selalu terlihat cantik dengan polesan riasan di wajahnya itu kini terlihat sangat kacau. Sangat berbanding terbalik dengan hari-hari sebelumnya.
Radika bergerak dengan cepat kala melihat sang istri yang hampir terjatuh karena tersandung kerikil. Mata tajamnya menatap ke bawah, ke arah kaki sang istri yang sama sekali tak terbalut alas kaki. Pria itu lantas menggiring sang istri yang tengah menangis keras dalam dekapannya ke depan rumah yang sudah berdiri beberapa orang di sana.
"Ada apa ini? Apa yang kalian lakukan dengan istri saya?" tanyanya murka.
"Bapak Radika, hutang perusahaan Anda di bank kami terhitung sangatlah tinggi. Di sini tertera 257 miliar dengan bunga sebesar 10% per tahun. Mendengar kabar bangkrutnya perusahaan Anda, Anda pasti akan kesulitan untuk membayar hutang tersebut. Kami berikan waktu untuk cicilan sebesar 50 juta per bulan, dan sebagai jaminannya rumah ini kami sita."
Tangis Amalia semakin keras mendengar ucapan seorang pria dengan seragam khusus pekerja Bank yang tengah menempelkan sebuah tulisan berisikan Informasi bahwa rumah itu telah disita oleh Bank.
"Apa maksudmu sialan? Punya hak apa kalian menyita rumahku hah!" bentak Radika.
"Kami hanya menjalankan tugas. Pakaian kalian sudah kami bereskan dalam tas itu. Kami permisi, selamat siang." Pria itu lantas pergi bersama rekan kerjanya dengan sejumlah berkas di tangan mereka.
Radika mengerang frustasi mendapati kenyataan yang tentu sangat mengejutkan baginya. Pria itu tak terima jika rumah hasil kerja kerasnya selama ini disita begitu saja. Sama halnya dengan Amalia yang semakin meraung-raung dalam tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW LIFE [ ALVIAN ] - END
Teen Fiction⚠️ [ TETAP VOTE + COMMENT MESKI SUDAH END ] ⚠️ Seorang anak laki-laki kecil berjalan luntang-lantung di jalanan, tanpa alas kaki ataupun topi yang melindunginya dari sengatan sang mentari. Kaki kecilnya terus melangkah ke depan, meninggalkan jejak r...