Happy Reading!
****
Jam makan malam telah usai sejak satu jam yang lalu. Acara makan malam terlaksana dengan lancar meski aura di sekitar terasa lebih suram dari biasanya. Makan malam kali ini, terhitung ada tiga kursi yang kosong tanpa ada satu pun orang yang menempati. Kursi itu bahkan terasa dingin akibat sama sekali tak disentuh oleh seseorang yang biasa menempati. Ketiga kursi yang tak lain adalah tempat duduk Nicholas, Caramel, dan si bungsu Alvian.
Nicholas dan Caramel malam ini memang sengaja tidak makan malam di kediaman Vernandez. Mereka sudah merencanakan untuk makan malam di luar sejak sore tadi, alasannya karena ingin merasakan kencan ala anak remaja jaman sekarang. Berbeda dengan Alvian yang sengaja tak ikut makan malam bersama keluarganya dan memilih untuk mengurung diri di kamar. Anggota keluarga yang lain pun berlagak seolah tak peduli. Buktinya, sampai acara makan malam usai pun tak ada satu pun yang berniat memanggilnya sekadar untuk mengingatkan makan malam.
Alvian berdiri di balkon kamarnya. Menyangga tubuhnya dengan kedua tangan di pembatas balkon, dia menatap ke arah gelapnya angkasa raya. Malam ini, sang dewi tengah bersembunyi, seakan enggan menampilkan paras indahnya kepada dunia. Ribuan bintang yang biasanya menguasai jagat angkasa pun kini ikut bersembunyi bersama sang dewi malam.
Remaja itu diam, entah sudah berapa lamanya dia berdiri di sana tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Bahkan tubuhnya nampak terdiam kaku bak patung dalam pameran seni rupa. Tatapan matanya kosong, seolah tak ada jiwa yang mengisi raga remaja tampan itu. Entah apa yang terjadi padanya, hanya dia sendiri yang tau.
Hampir dua puluh menit lamanya Alvian terdiam dalam posisi yang sama. Perlahan, mata itu mengerjap pelan seolah baru saja kembali setelah berkelana ke dunia lain. Mata itu nampak kembali hidup setelah beberapa saat hanya menatap kosong lurus ke depan. Tubuhnya berbalik lalu melangkah keluar dari kamarnya dengan langkah yang teramat pelan.
Alvian sengaja tak menggunakan lift untuk turun ke lantai bawah, karena itu pasti akan menimbulkan suara dan bisa saja menarik perhatian anggota keluarganya. Alvian tau, mereka semua telah kembali ke kamar masing-masing. Tak seperti biasanya yang menyempatkan diri untuk berbincang sebentar di ruang keluarga. Dan itu pasti akibat kejadian pagi tadi.
"Tuan Muda membutuhkan sesuatu?"
Alvian sedikit tersentak sebelum akhirnya dapat merilekskan ekspresinya. "Enggak, gak apa-apa. Cuman mau ke dapur buat minum."
"Perlu saya panggilkan pelayan untuk membuatkannya, Tuan Muda?"
"Enggak perlu, gue bisa sendiri."
Bodyguard yang tengah berpatroli itu mengangguk paham. Ingin bertanya lebih lanjut pun rasanya dia tak memiliki hak, lagipula Alvian juga sudah berlalu terlebih dahulu ke arah dapur.
Di dapur, suasana nampak sepi. Sepertinya para pelayan sudah kembali ke kamar mereka untuk beristirahat. Memilih abai, Alvian kembali memfokuskan diri pada tujuan awalnya. Dia ingin membuatkan Alya minuman, pikirnya Chamomile Tea bukan pilihan yang buruk.
Berbekal pengalaman yang minim, Alvian nekat membuat minuman herbal itu dengan sepenuh hati. Tiba-tiba Alvian merasa ingin buang air kecil yang mengharuskannya untuk pergi sebentar. Beruntungnya tak jauh dari dapur disediakan toilet, jadi Alvian tak perlu kembali ke atas lagi hanya untuk buang air.
Selesai dengan urusannya, Alvian kembali dan mengambil sebuah nampan dari tempat penyimpanan. Meletakkan cangkir itu ke sebuah nampan, lalu melangkah dengan hati-hati menuju kamar sang ibu. Lagi-lagi, Alvian tak mau menggunakan lift dan memilih untuk menaiki tangga meski itu akan lebih menguras tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW LIFE [ ALVIAN ] - END
Teen Fiction⚠️ [ TETAP VOTE + COMMENT MESKI SUDAH END ] ⚠️ Seorang anak laki-laki kecil berjalan luntang-lantung di jalanan, tanpa alas kaki ataupun topi yang melindunginya dari sengatan sang mentari. Kaki kecilnya terus melangkah ke depan, meninggalkan jejak r...