CHAPTER 57

2K 181 10
                                    

I wish we had another time,
I wish we had another place,
But everything we had is stuck in the moment,

Mewakili seluruh manusia Indo yang belum diberi kesempatan ketemu kalian:

Maaf ya, kami belum bisa datang dan bersenang-senang dengan kalian. Udah diberi kesempatan berkali-kali tapi masih belum dikasih kesempatan. Maaf dan terima kasih, orang-orang baik. We love you, forever will be like that.

****

Happy Reading!

****

"Namaku Alvian Geovano. Benar, Paman?"

"Bukan, namamu Alvian Geovano Griz Vernandez. Ingat nama itu baik-baik, paham?"

Remaja itu mengangguk paham membuat rambutnya terayun menggemaskan. "Iya, Paman. Aku Alvian Geovano Griz Vernandez, bungsu Vernandez. Adik kesayangan bang Theo dan si kembar."

"Sepertinya kamu sudah siap, hanya tinggal menunggu waktu saja." Pria itu terkekeh kecil sambil menatap puas remaja di hadapannya.

Wajahnya benar-benar mirip dengan seseorang bermarga Vernandez. Tutur katanya, gaya pakaiannya, sikapnya sangat mirip dengan sosok bernama Alvian. Dirinya berhasil melatih remaja di hadapannya untuk meniru gaya hidup Alvian. Meski memerlukan waktu yang panjang, namun usaha tak mengecewakan hasil.

"Hah! Perjuanganku tak sia-sia."

****

Terik matahari membakar tubuh remaja yang sibuk menggiring bolanya di lapangan. Bersama keempat sahabatnya yang bermandikan keringat dengan jersey yang melekat di tubuh mereka.

"Sini, Res!" teriak Lano yang berada tak jauh dari Ares.

Ares dengan gesit mengoper bolanya yang segera diterima dengan baik oleh Lano. Sorak ramai yang didominasi oleh teriakan ganas para siswi Verndz High School terdengar memekakkan telinga, memeriahkan pertandingan sengit antara tim basket Verndz High School dengan SMA Taruna Nusantara.

Theo dan keempat sahabatnya sebenarnya tidak aktif dalam club basket sekolah, namun kemampuan mereka yang tak dapat diremehkan membuat kelima inti geng terkenal itulah yang menjadi perwakilan sekolah.

Theo melirik ke arah Ares yang masih membawa bolanya. Mengerti kode yang diberikan sang ketua, Ares segera melempar bola itu dan membiarkan Theo yang menguasainya. Sorak ramai yang terdengar histeris tak mampu memecah konsentrasi para pemain di lapangan.

"Yooo!!! Pacar gua cakep banget woi!!!"

"Yakin decks?"

"Theo, semangat sayang!"

"Woi anjir Gallen parah ganteng banget gak kuat!!"

"Mamaaaaa! Lihatlah mantumu, Ma!"

"Girls! Yang namanya Ares punya gue ya!"

"Yang jelas Lano hak paten gue."

"KAK SERGIO!!! PULANG SEKOLAH KE KUA YOK!"

Lano tertawa mendengar teriakan histeris para siswi yang kagum dengan pesona mereka. Dengan sengaja dia menyugar rambutnya ke belakang, menampilkan jidat paripurna yang membuat aura tampannya semakin menguar ke mana-mana.

Jika Lano sibuk tebar pesona kepada para siswi di sana, berbeda dengan Ares yang malah bergidik ngeri melihat keberingasan kaum betina. "Bringas banget anjing," umpatnya.

NEW LIFE [ ALVIAN ] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang