Waktu sudah menunjukkan pukul 7.45 am, namun Alvian, Theo, dan si kembar masih berada di garasi. Oh ya, Malvin dan Calvin memutuskan untuk pindah ke Vernandz High School. Katanya sih biar bisa jagain si bayi.
Alvian sejak tadi berusaha membujuk para abang laknatnya ini untuk naik motor ke sekolah. Tapi hanya penolakan yang didapatnya. Seperti saat ini,
"Gausah aneh-aneh Alvian, mau abang aduin daddy, hm?" ucap Malvin.
"Cih ngaduan!" umpatnya dalam hati. Mana mungkin Alvian berani jika di depan mereka, bisa-bisa nanti malam dia tidur di kandang Xaron, singa kesayangan Theo.
"Bang ayolah ya ya ya," bujuk Alvian dengan raut melasnya.
"Gak!" ucap Theo dingin.
"Lagian kamu mau ngapain sih naik motor, hm? Kan lebih enak pakai mobil gak kepanasan, ada ac nya lagi," ini yang Alvian suka dari Calvin. Dari semua abangnya hanya Calvin yang memiliki sifat ramah. Tapi sekalinya marah, Theo saja yang notabenenya ketua geng dibuat gemetar olehnya.
"Mau tebar pesona," ucap Alvian sambil menyisir poninya ke belakang.
"Jadi bang bo--" ucapan Alvian terpotong ketika suara Alex terdengar.
"Belum berangkat?" tanya Alex dingin.
"Udah mau berangkat dari tadi, tapi Alvian ngotot mau naik motor dan gak kita bolehin opa," jelas Calvin.
"Opa boleh ya, Vian janji deh gak akan kenapa-kenapa, ya boleh ya?"
"Opa pegang janji kamu,"
"Yes! Yuk berangkat!" seru Alvian antusias.
****
"Tumben si bos belum dateng," celetuk Ares. Keempat inti Calderon ini sedang berada di area parkiran sekolah menunggu kedatangan bos mereka. Sebenarnya bukan Theo sih yang mereka tunggu, namun bocah imut yang katanya badboy kemarin.
"Hooh, dah kangen gue," sahut Gallen.
"Kangen sape lo? Si bos?" tanya Lano.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW LIFE [ ALVIAN ] - END
Roman pour Adolescents⚠️ [ TETAP VOTE + COMMENT MESKI SUDAH END ] ⚠️ Seorang anak laki-laki kecil berjalan luntang-lantung di jalanan, tanpa alas kaki ataupun topi yang melindunginya dari sengatan sang mentari. Kaki kecilnya terus melangkah ke depan, meninggalkan jejak r...