VOTE DULU GAMAU TAU!!
😤💅****
Theo mengecup berkali-kali punggung tangan sempit milik sang adik. Kulit putihnya yang tampak memucat dengan sensasi dingin menyelimuti membuat hati kecil pemuda itu seakan diiris oleh sebuah pisau tumpul nan berkarat.
Sakitnya begitu menyayat hati.
Tatapan sayu terus tertuju pada dua netra kembar adiknya yang tertutup rapat. Kondisinya saat ini tak bisa dikatakan baik-baik saja. Hatinya, dunianya, dan semestanya dihancurkan oleh kenyataan pahit yang beberapa saat lalu dia terima.
Bahkan, rasa sakit itu masih menyelimuti dada pemuda yang kini menggenggam erat tangan kecil adik mungilnya.
"Adek Abang memang kuat. Semua orang tau itu." Theo mengusap dengan penuh hati-hati punggung tangan Alvian dengan ibu jarinya.
"Terima kasih telah kembali. Terima kasih telah bertahan. Terima kasih karena tak mengecewakan. Kamu hebat, adik Abang memang hebat."
Kulit pucat dan dingin itu Theo kecup dengan penuh kelembutan. Hingga tak menyadari adanya air mata yang kembali merembes keluar membasahi pipi tirusnya.
Theo jadi teringat, saat mereka semua sibuk menangisi kepergian sang kesayangan, tiba-tiba mesin EKG yang masih terhubungkan dengan sang adik menampilkan garis-garis yang bergerak naik-turun mengikuti irama kehidupan yang kembali berdetak lemah.
Entah harus dengan apa mereka berterimakasih kepada Yang Maha Kuasa atas kembalinya si bocah kesayangan mereka semua. Apa yang selalu dikatakan Alya memang sebuah kenyataan. Hari ini, adiknya telah membuktikan jika ucapan wanita itu adalah kebenaran.
Alvian Geovano Griz Vernandez adalah anak yang kuat, anak yang tangguh. Seperti sang ayah yang bagaikan kuatnya baja, dan sang kakak yang laksana kesatria perang.
Anak itu telah berhasil dalam perangnya.
"Cepat bangun, Abang rindu tawamu. Jangan menyiksa kami begitu lama, Abang mohon."
Theo menatap raut tenang sang adik cukup lama, sebagai pereda rindunya yang begitu menggebu-gebu. Pemuda itu kecup kening si manis yang masih terlilit perban dengan penuh kasih sayang.
"Abang keluar dulu, nanti ke sini lagi nemenin kamu." Sekali lagi, Theo mengusap surai lembut adiknya sebelum melangkah keluar dari ruangan berbau obat-obatan itu.
Di depan pintu ruangan Alvian, lima orang pemuda yang tak lain adalah kelima anggota Calderon berdiri dengan raut khawatir yang begitu kentara.
"Adek lo ... baik-baik aja, kan?" tanya Gallen pelan karena takut merusak suasana hati sahabatnya.
"Ya."
"Belum ada tanda-tanda Vian sadar, Bang?"
Mereka menoleh ke arah Rizky yang baru saja bersuara. Pemuda itu tampak sangat khawatir akan keadaan Alvian. Tidak heran, karena pemuda itu melihat secara langsung adegan mengerikan itu. Tepat di depan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW LIFE [ ALVIAN ] - END
Teen Fiction⚠️ [ TETAP VOTE + COMMENT MESKI SUDAH END ] ⚠️ Seorang anak laki-laki kecil berjalan luntang-lantung di jalanan, tanpa alas kaki ataupun topi yang melindunginya dari sengatan sang mentari. Kaki kecilnya terus melangkah ke depan, meninggalkan jejak r...