CHAPTER 49

3K 241 26
                                    

Aku engga terlalu ngerti sistem pendidikan di luar negeri, jdi aku samakan dengan kondisi Indonesia aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku engga terlalu ngerti sistem pendidikan di luar negeri, jdi aku samakan dengan kondisi Indonesia aja. Bagi yang tau, bisa kasih tau di komentar ya. Thanks.

Happy reading!

****

Seorang remaja tampan tampak membenarkan jas yang dia kenakan. Dengan balutan kemeja hitam, jas hitam, celana hitam, dan sepatu yang tentu saja berwarna hitam membuatnya tampak mencolok, apalagi dengan beberapa pengawal di sekelilingnya membuat orang-orang langsung beranggapan bahwa dia adalah orang penting.

Sosok itu tiba-tiba berdecak membuat pengawalnya spontan menengok ke arahnya, takut jika mereka secara tak sadar membuat sang tuan kesal. Seorang pria yang memang selalu berada di sampingnya itu dengan berani menanyakan alasan kekesalan tuannya yang hanya dibalas gelengan pelan. Akhirnya pria itu paham, dengan lirikan matanya, dia memberikan kode kepada rekan-rekan yang senantiasa berbaris rapi di sekeliling sang tuan.

Barisan pria berjas hitam dengan earpiece di telinga masing-masing tampak segera merapatkan barisan setelah menangkap kode dari pimpinan pasukan. Tubuh remaja yang menjadi sorotan publik itu kini tak terlihat akibat rombongan pengawal yang dengan sigap menghalangi akses orang-orang itu untuk menatap sang tuan.

"Haish! Nyesel banget pake style ginian. Om Ben, gue aneh ya?"

"Tidak, Tuan Muda."

Alvian kembali berdecak, membuat seseorang yang dipanggil Ben itu sedikit meringis ditempatnya. "Gue kan udah bilang, anggap kita ini temen. Jangan panggil gue pake embel-embel tuan muda segala," ucapnya.

"Baik, Tu—Alvian."

"Good, gak usah terlalu formal, gue bukan presiden. Lagian umur kita juga gak beda jauh, selisih delapan tahun doang. Eh iya gak sih?"

Ben mengulum bibirnya sebelum berucap, "Sembilan tahun, Alvian."

"Nah iya itu!"

Alvian memasuki mobil mewah yang sudah dibukakan oleh pengawalnya. Sebenarnya dari tadi remaja itu sudah menolak untuk dikawal seperti pangeran kerajaan seperti ini, namun mereka memaksa. Dan sialnya lagi, tiba-tiba saja Alex menelepon dan memaksanya untuk selalu dikawal ke mana pun dia pergi—terutama jika pergi ke luar apartemen.

Alvian langsung menatap tajam para pengawal yang ditugaskan kakeknya itu. Dasar pengadu!

"Om Ben!" serunya.

"Ya, ada yang bisa saya bantu?"

Alvian melipat bibirnya ke dalam, berusaha menahan kekesalannya yang hampir saja terlepas. Tapi sudahlah, biarkan saja. Mungkin saja pengawalnya itu tak terbiasa untuk bersikap selayaknya sistem pertemanan anak remaja. Tapi ini lebih baik, daripada harus dipanggil tuan muda olehnya.

NEW LIFE [ ALVIAN ] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang