Vote dulu sebelum baca!
****
Seorang pemuda dengan masker dan topi yang menutupi wajahnya berjalan dengan tenang memasuki gedung rumah sakit yang super megah ini. Dirinya berusaha untuk bersikap biasa saja tanpa menimbulkan kecurigaan pada pengawal yang berjaga di seluruh area gedung ini.
Sudah berkali-kali dia datang ke sini, bahkan setiap hari tanpa absen sedikitpun. Tapi tetap saja, keamanan yang dibuat Nicholas menang tak main-main kuatnya. Mereka bahkan terlalu jeli untuk meneliti setiap orang yang mengunjungi rumah sakit.
Dan berkali-kali pula Daren pulang dengan hati yang menjerit kecewa. Namun, dia sudah bertekad. Hari ini, pasti dia bisa bertemu dengan sang adik. Jika dirinya tak bisa memeluk tubuh adiknya, setidaknya biarkan pemuda itu melihatnya meski dari kejauhan.
Tak ada yang tau jika tokoh utama dalam cerita ini sedang terbaring lemah yang entah kapan dia membuka matanya. Mereka hanya memberikan informasi jika si manis baik-baik saja. Tak cukup membuat para wartawan senang tentu saja, namun Nicholas mengancam akan menebas kepala mereka satu per satu jika terus membuat kericuhan di rumah sakit ini.
"Aku hanya perlu memakai lift untuk menuju lantai atas. Semoga saja kali ini aku bisa." Daren bergumam sambil terus menatap sekitarnya, takut jika seseorang tiba-tiba saja memergokinya dan berakhir kembali mengusirnya.
"Oh shit! Sepertinya mereka mulai curiga."
Daren semakin mempercepat langkahnya menuju ke arah lift yang kini hanya berjarak beberapa langkah saja. Pemuda itu segera memencet tombol dengan cepat, dan perlahan pintu itu tertutup otomatis.
Di dalam sana, Daren sedikit bisa bernapas lega karena berhasil melewati penjagaan di lantai bawah. Namun, pemuda itu masih belum sepenuhnya berhasil. Dia tau di lantai tempat ruangan sang adik berada, penjagaan akan semakin ketat. Namun, Daren tak akan menyerah.
Ting
Bunyi pintu lift berdenting sontak membuat semua orang di sana mengalihkan fokus mereka. Para pria berserah hitam lengkap itu segera mengacungkan pistol masing-masing. Tenang saja, pistol yang mereka gunakan tak akan mengeluarkan suara sekecil apapun ketika menembak. Jadi, tak akan menggangu tidur sang tuan muda.
"Aku hanya ingin bertemu adikku, apa itu saja dilarang?" tanyanya tanpa rasa takut.
"Tentu saja, anak muda."
Suara ketukan sepatu itu terdengar nyaring di telinga, bak iringan musik yang mengisi keheningan yang tercipta. Alya berjalan dengan begitu anggun, matanya yang terlihat membengkak sama sekali tak mampu menutup aura cantiknya.
"Memangnya siapa dirimu sampai bersikeras ingin menemui putraku?" Wanita itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan mata yang menatap intens pemuda yang berani memasuki area ruang rawat kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW LIFE [ ALVIAN ] - END
Teen Fiction⚠️ [ TETAP VOTE + COMMENT MESKI SUDAH END ] ⚠️ Seorang anak laki-laki kecil berjalan luntang-lantung di jalanan, tanpa alas kaki ataupun topi yang melindunginya dari sengatan sang mentari. Kaki kecilnya terus melangkah ke depan, meninggalkan jejak r...