Vote sebelum baca.
Jangan lupa tinggalkan comment kalian, Kakak!Happy reading!
****
Dua bulan telah berlalu dengan begitu cepat. Aktivitas sehari-hari manusia dilakukan seperti hari biasanya. Sang angkasa yang sangat ceria ikut menyemangati para manusia yang sibuk dengan urusan masing-masing.
Namun, berbeda dengan hari ini. Nampaknya dunia sedang tak baik-baik saja. Terlihat dari tetes-tetes air yang mulai terjun menyapa tanah di kota. Mendung gelap mulai bergerak menutupi keceriaan sang cakrawala. Hawa dingin bertiup pelan membuat semua orang ingin kembali bergelung nyaman di bawah balutan selimut tebal.
Sama halnya dengan Alvian yang menatap kesal langit gelap dari teras depan. Tanpa sadar bibirnya mengerucut kesal sambil sesekali menendang kecil angin di depannya. Tanpa Alvian sadari, setiap pergerakannya sedari tadi dipantau oleh seorang remaja bertubuh jangkung dengan tas hitam yang disampirkan di bahu kokohnya.
Saat merasakan tetesan hujan yang semakin deras, Alvian memundurkan tubuhnya supaya tak basah. Tak tega jika seragam yang masih bersih mengkilap harus basah karena hujan yang datang tiba-tiba.
"Eh?"
Pergerakannya terhenti kala punggung kecilnya menabrak sesuatu yang cukup keras. Dengan gerakan cepat, Alvian membalikkannya tubuhnya membuat surai hitam itu bergoyang karenanya. Detik selanjutnya, remaja kecil itu memekik kesal kala tangan besar sang kakak dengan tanpa perasaan mengusak rambutnya yang sudah ditata rapi oleh sang ibu.
"Abang! Rambut Vian udah ditata rapi sama Mommy ish!" decaknya kesal.
Hanya tawa ringan yang remaja itu dapatkan membuat Alvian semakin kesal. Lagi-lagi Alvian menatap kesal sang kakak yang malah tertawa tanpa dosa. Sebelah tangannya mengusap pipi kirinya yang mungkin saja memerah akibat cubitan maut dari Theo.
"Kenapa cemberut, adik manis?"
"Abang ujan," tunjuknya pada langit yang mulai menjatuhkan muatannya.
Theo mengangkat sebelah alisnya. "Ya terus? Kenapa kalau hujan?"
"Males sekolah, mau bobo aja di kamar. Enggak usah pergi sekolah ya, Abang?" Alvian mengedipkan matanya beberapa kali berusaha untuk membujuk sang kakak yang hanya diam menatapnya.
Belum sempat Theo menjawab, suara dari arah belakang menginterupsi keduanya. Di sana, terlihat Thallya dengan pakaian rumahan namun tetap berkelas dengan mengunakan barang branded tentunya, berkacak pinggang sambil menatap keduanya dengan aura yang tak mengenakkan.
"Apa tadi? Kamu mau—"
"Eh Abang, ayo kita berangkat sekarang aja. Takut nanti telat, ayo Abang ih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW LIFE [ ALVIAN ] - END
Teen Fiction⚠️ [ TETAP VOTE + COMMENT MESKI SUDAH END ] ⚠️ Seorang anak laki-laki kecil berjalan luntang-lantung di jalanan, tanpa alas kaki ataupun topi yang melindunginya dari sengatan sang mentari. Kaki kecilnya terus melangkah ke depan, meninggalkan jejak r...