CHAPTER 61

1.8K 187 23
                                    

Happy Reading!

****

Siang hari, di tengah gentarnya sengat sang mentari yang nampak membara di luar, Alvian malah sibuk berguling-guling tak jelas di atas tempat tidurnya. Remaja itu nampak sekali sedang diliputi api kebosanan. Seakan tak ada yang mampu menarik perhatiannya dari segala fasilitas yang diberikan untuknya di keluarga ini.

Bahkan, ponsel mahalnya sudah terlempar entah ke mana. Tak apa, itu hanyalah salah satu ponsel dari puluhan ponsel yang dimilikinya. Kehilangan satu tak akan membuatnya menangis seharian.

Lagipula, membeli satu ponsel juga tak akan membuatnya miskin. Uang saku harian dari ibunya kan terus mengalir, belum lagi dari anggota keluarga yang lain.

Bug!

"Aaaa bosen!"

Bunyi tubrukan bantal dan lantai terdengar disusul pekikan tertahan Alvian yang kini tengah menenggelamkan wajahnya pada bantal Boboiboy kesayangannya.

Jika saja ada seseorang yang bisa dia ajak bermain, sudah dari tadi Alvian keluar dari zona membosankan ini. Sayang sekali, ketiga kakaknya masih berada di sekolah untuk menuntut ilmu. Sang ibu juga tengah pergi ke butik miliknya bersama dengan Thallya.

Alex dan Monica? Sepasang suami istri yang sudah tua itu kini tengah berada di luar kota karena ada pertemuan dengan client. Sebenarnya hanya Alex saja yang berkepentingan, namun pria tua itu memaksa sang istri untuk ikut menemaninya.

Dasar tua!

Ngomong-ngomong, Alvian mendapatkan dispensasi satu hari karena baru saja pulang setelah menyelesaikan urusannya di Belanda. Sebenarnya hari ini pihak sekolah meminta untuk mengantarkan dokumen-dokumen yang dia bawa dari sekolah di Belanda. Namun karena tingkat kemalasannya yang tinggi, Alvian dengan mudahnya menyuruh Ben untuk mengantarkan dokumen-dokumen itu ke sekolah.

Oh ya! Ben akan menjadi pengawal pribadi tetap untuknya. Namun, tak seperti di cerita-cerita yang akan selalu mengikuti ke mana pun sang tuan pergi. Ben hanya akan menghadap Alvian jika Alvian membutuhkannya.

Hingga sebuah ide muncul di kepalanya membuat Alvian sontak menegakkan tubuhnya dengan senyum ceria yang terbit di belah bibirnya.

"Udah lama gak makan Indomie. Mumpung gak ada orang kan ya," monolognya.

Dia pun bangkit dari posisinya dan melangkah keluar menuju dapur utama di mansion ini. Selama perjalanan singkat itu, isi kepala Alvian terus dipenuhi dengan bayang-bayang nikmat mie instan yang sudah lama tak dia santap.

Keluarganya memang selalu melarangnya untuk memakan makanan sejuta umat itu. Namun di dapur tetap ada persediaan sekitar 15 bungkus karena sang kakak juga diam-diam mengonsumsi makanan itu di belakangnya.

Itu tak adil!

Jemarinya membuka rak dengan semangat guna menemukan bungkus mie yang diincarnya.

Gotcha!

Sesuai prediksinya, ada 12 bungkus Indomie di dalam sana. Alvian berdecak kala menyadari ada tiga bungkus mie yang hilang, itu artinya ketiga kakaknya sudah memakannya secara diam-diam.

Tanpa mengajaknya. Tega sekali.

"Manusia di bumi jahat-jahat, cuman gue yang baik. Eh! Tapi Mommy juga baik."

Kembali fokus dengan acara memasak diam-diamnya, Alvian menatap mie yang sedang direbus itu dengan serius. Sesekali dia aduk agar matangnya sempurna. Alisnya menukik kala menyadari ada sesuatu yang kurang, namun ... apa?

NEW LIFE [ ALVIAN ] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang