Sosok pria dengan tubuh kekarnya berdiri tegak di depan seorang gadis berambut panjang sebahu. Cantik, manis, dan terlihat anggun. Kulitnya putih bak porselen. Serta postur tubuhnya yang seperti model papan atas.
Satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celana mewah yang dia gunakan. Tangan kirinya terangkat guna melihat jarum dalam sesuatu yang melingkar apik di pergelangan tangannya.
Pria itu menatap gadis di depannya dengan raut datar khasnya. Sedangkan objek yang ditatap hanya diam membisu dengan kepala yang terus menunduk. Seakan pemandangan lantai itu lebih menarik dari pada raut tampan pria yang tatapannya seakan mengintimidasi dirinya saat ini.
"Aku tak bisa berlama-lama di sini. Manfaatkan bakat akting yang kau miliki. Banyak uang yang telah aku keluarkan hanya untukmu, dan kau pasti tak akan bisa mengganti ribuan lembar kertas berharga itu." Sorot mata tajamnya menelisik gadis cantik di hadapannya.
"Ku harap kau tak mengecewakanku."
Gadis itu mendongak, menatap mata elang itu dengan berani. Senyum lembut terbit membuatnya semakin terlihat menawan.
"Aku tak akan membuatmu kecewa. Terima kasih sudah menghadirkan diriku dalam hidupmu."
"Aku mencintaimu, sayang."
"Aku juga."
****
Suara ketukan pintu membuat sosok yang kini tengah duduk di kursi kebesarannya itu teralihkan fokusnya. Pria dengan seragam lengkapnya memasuki ruangan setelah mendapatkan akses masuk darinya.
"Semua sudah siap, Tuan! 30 menit lagi kita siap untuk berangkat."
Sosok itu tersenyum puas, lebih tepatnya menyeringai. Hari ini, tepat hari di mana acara pertemuan pemimpin mafia itu akan dilaksanakan. Dan tentunya, ini adalah hari yang sangat sosok itu nantikan.
Pertemuannya dengan pemimpin Red Blood sekarang, Nicholas Griz Vernandez.
****
Gedung luas dan super mewah itu terlihat begitu indah namun juga mencekam. Lampu penerangan yang menyorot ke semua penjuru membuat tempat ini sangatlah terang. Interior yang serba hitam itu dipadukan dengan gemerlap berlian yang tampak menyala-nyala akibat pantulan sinar dari banyaknya lampu yang terpasang.
Dinding tinggi nan kokoh itu secara keseluruhan dicat dengan warna hitam. Di atas cat hitam itu, terlihat bercak warna merah pekat seperti darah. Entah warna apakah itu, merah namun sangat pekat. Hanya sekedar cat dinding biasa, atau memang sesuatu yang lain?
Ribuan pria dengan setelan formalnya terlihat sibuk menyapa satu sama lain. Tak jarang terdengar bunyi tring ketika beberapa gelas berisi cairan itu ditabrakkan dengan gelas lain. Lalu disusul tawa khas mereka yang menggema.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW LIFE [ ALVIAN ] - END
Teen Fiction⚠️ [ TETAP VOTE + COMMENT MESKI SUDAH END ] ⚠️ Seorang anak laki-laki kecil berjalan luntang-lantung di jalanan, tanpa alas kaki ataupun topi yang melindunginya dari sengatan sang mentari. Kaki kecilnya terus melangkah ke depan, meninggalkan jejak r...