CHAPTER 22

9K 765 9
                                    

Pagi ini ruang rawat Alvian tampak ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini ruang rawat Alvian tampak ramai. Semua anggota keluarganya tampak sibuk kesana-kemari untuk mengemasi barang-barang yang mereka bawa dari rumah. Alex, Nicholas, dan William sendiri juga sibuk membereskan berkas-berkas pekerjaannya yang memang sengaja mereka bawa untuk menemani Alvian sambil menjalankan pekerjaan mereka.

Memang selama Alvian dirawat mereka semua seakan pindah rumah. Ya, bagaimana tidak? Makan, tidur, mandi, bekerja mereka lakukan di ruangan ini. Bahkan ketiga kepala rumah tangga ini sama sekali tidak pergi ke kantor dan memberikan semua pekerjaan kantor kepada asisten dan tangan kanan mereka. Sementara mereka hanya mengawasi dari jauh sesekali menandatangani berkas-berkas yang diperlukan.

Theo dan si kembar pun juga sama. Berangkat sekolah dari rumah sakit pulangnya pun juga ke rumah sakit. Awalnya mereka memutuskan untuk tidak masuk sekolah dengan alasan ingin menjaga sang adik, namun hal itu langsung ditolak mentah-mentah oleh Alvian karena masih ada yang menjaganya waktu mereka ke sekolah.

Sergio, Gallen, Ares, dan Lano pun setiap hari tak pernah absen untuk menjenguk Alvian. Setiap pulang sekolah bukannya pulang mereka malah langsung ke rumah sakit dan ikut menjaga adiknya tanpa mengganti baju mereka terlebih dahulu. Mereka selalu membawa baju ganti dalam tas jadi tak perlu bingung lagi.

Rizky, teman sebangkunya juga datang menjenguknya namun hanya sekali. Ya, meski tak setiap hari dia datang tapi Alvian sudah merasa senang. Sebenarnya Rizky juga ingin menjenguk Alvian setiap hari seperti Sergio dan yang lain, namun melihat tatapan maut keluarga temannya ini membuat nyalinya merasa ciut. Maka dari itu dia hanya mampu berdoa untuk kesembuhan Alvian dari rumah.

Dan setelah enam hari dirinya dikurung dalam ruangan mengerikan ini, akhirnya dirinya bisa keluar dan menghirup udara bebas. Ya meskipun dia tidak yakin jika keluarganya akan membebaskannya setelah ini. Tapi ya apa sih yang ga bisa Alvian lakukan.

"Yuk sayang kita pulang." ajak William sambil mendorong sebuah kursi roda ke arahnya.

Alvian mengernyitkan dahinya heran. Di sini tak ada yang lumpuh atau mengalami kecelakaan hingga patah tulang, lantas untuk siapa kursi roda ini?

"Kursi roda untuk apa, Pa?" tanyanya sambil menunjuk kursi roda di depannya.

"Ya untuk kamu lah. Sini Papa bantu kamu turun." ucap William tenang dengan tangan yang berusaha menggapai Alvian dan membantunya turun dari ranjang.

Sedangkan Alvian membelalakkan matanya mendengar ucapan dari William. Dengan segera dirinya memundurkan tubuhnya seolah sedang menjauh dari jangkauan papanya.

"Loh kok menjauh? Sini katanya mau pulang."

"Ga mau. Apaan pakai kursi roda? Vian ga lumpuh ya Pa." tolaknya.

"Ya emang kamu ga lumpuh, tapi kan kamu masih lemah. Lagipula orang pakai kursi roda itu ga harus orang lumpuh, sayang."

"Ga mau. Vian bisa jalan sendiri, Vian sehat, dan Vian kuat kok."

NEW LIFE [ ALVIAN ] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang