CHAPTER 45

3.2K 286 14
                                    

Vote sebelum baca, dan jangan lupa tinggalkan comment kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote sebelum baca, dan jangan lupa tinggalkan comment kalian.

Happy reading!

****

Daren menatap ke sekelilingnya, saat ini dirinya sedang berada di ruangan pria yang diketahui adalah pemilik cafe tempatnya melamar pekerjaan tadi. Di depannya, pria tadi tampak membuka lembar-lembar kertas yang entah apa itu isinya sambil sesekali melirik ke arahnya.

Dan itu membuat Daren sedikit merasa risih.

"Jadi?"

Pria itu sedikit menyeringai melihat remaja di depannya yang tampak tak mau basa-basi. Ah, baiklah dia akan langsung ke intinya saja.

"Jika tak salah, kau anak tuan Adhitama, right?"

Daren menghela napasnya lelah. Yah, tak heran jika banyak orang yang mengenalnya. Yang Daren takutkan saat ini, dia tak akan diterima kerja di cafe ini karena kasus keluarganya kemarin.

"Ya."

"Kau masih terlalu muda untuk bekerja, apa kau yakin dengan keputusanmu?"

"Saya harus bekerja demi kelangsungan hidup sehari-hari."

"Kau siap bekerja shift malam atau siang?"

"Saya siap keduanya."

"Bisa kau beri tau di mana kau tinggal sekarang?"

Daren terdiam. Remaja itu sedang berperang dengan pikirannya. Dia bingung harus menjawab dengan apa pertanyaan gampang ini.

Setelah beberapa saat hening menyelimuti, Daren menghela napasnya dan menatap tepat di mata pria yang masih menunggu jawabannya.

"Tidak pasti, kadang di pinggiran pasar atau di teras toko-toko yang sudah tutup waktu malam."

Pria itu tertegun mendengar jawaban yang sama sekali tak terlintas di otaknya. Benar-benar miris kehidupan remaja di depannya ini. Melihat keadaannya yang sangat memprihatikan membuatnya mampu membayangkan keadaan kedua orang tuanya yang kemungkinan besar sama seperti anak mereka.

Dering ponsel terdengar membuat fokus mereka terpecah. Pria yang masih belum diketahui namanya oleh Daren itu segera mengangkat panggilan telepon dan beranjak sedikit menjauh dari posisinya.

"Ya?"

"..."

"Saya segera ke sana."

"..."

"Tentu."

Daren melirik ke arah pria tadi yang sudah selesai dengan teleponnya. Remaja itu tampak masih sabar menunggu keputusan dari calon atasannya.

"Kau diterima, besok kau bisa mulai bekerja di sini."

Netra kembar Daren membulat sempurna. Punggungnya refleks menegak mengikuti raut terkejut dan senang yang terpancar dari wajahnya. Daren senang bukan main, akhirnya dia mendapatkan pekerjaan yang layak.

NEW LIFE [ ALVIAN ] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang