CHAPTER 48

2.9K 281 26
                                    

Tinggalkan vote dan komen kalian! Aku maksa! 😡😡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tinggalkan vote dan komen kalian! Aku maksa! 😡😡

Happy reading!

****

Alvian membanting tubuhnya ke kasur empuk di kamarnya. Perjalanan yang hampir memakan waktu 15 jam di udara membuat tubuhnya seakan diremukkan saat ini juga. Helaan napas lelah terus terdengar mengisi keheningan yang tercipta. Sungguh, tubuhnya terasa lemas bukan main membuatnya malas untuk sekadar menggerakkan jari-jari kakinya. Ingin sekali Alvian langsung terjun ke alam mimpi yang mungkin saja kini sudah menunggu kehadirannya, namun rasa lengket di tubuhnya membuat sensasi tak nyaman mengharuskan dirinya untuk membersikan diri terlebih dahulu.

Benar-benar melelahkan.

"Andai pintu ke mana saja milik Doraemon itu benar-benar ada, udah gue beli meski harus rebutan satu dunia sekalipun."

Yah, meski itu terdengar mustahil, Alvian nyatanya masih berharap benda itu benar-benar ada dalam dunia nyata. Namun, jika pintu ke mana saja itu nyata, maka para industri kendaraan darat, laut, dan udara di dunia akan gulung tikar secara serentak. Otomatis lapangan pekerjaan pun akan menghilang. Dan hal tersebut juga menimbulkan berbagai dampak negatif dalam kehidupan sehari-hari serta kehidupan bernegara.

Terutama kasus akan meningkatnya jumlah pengangguran di dunia. Tak dapat dibayangkan jika hal itu benar-benar terjadi. Dunia pasti akan sangat kacau dan berada di ambang kehancuran.

Belum lagi aktivitas manusia di seluruh dunia pasti sangat tidak beraturan. Banyaknya terjadi kecelakaan atau pun kejadian-kejadian lain yang tak diinginkan.

Itu mengerikan.

Lima belas menit telah berlalu, Alvian keluar dari kamar mandi dengan bathrobe yang melilit tubuhnya. Rambut hitam legam yang masih basah membuat tetesan air tampak mengotori lantai kamar yang sungguh mewah itu. Namun, Alvian tak peduli.

Lagi pula itu hanya air, bukan bensin atau hal lain yang berpotensi membakar kamarnya.

Dia hanya ingin segera mengeringkan tubuhnya dan langsung menghampiri guling Boboiboy miliknya yang sedari tadi memanggil namanya berkali-kali.

Ayo kemari dan peluk aku!

Kemarilah, segera peluk aku dengan erat!

Ayolah, bukankah kau sangat bucin denganku?

Yah, mungkin seperti itulah seruan benda mati itu jika dia benar-benar hidup dan mampu berbicara.

Tapi sungguh, itu akan terlihat aneh dan ... mengerikan tentu saja.

Alvian kembali menguap lebar kala rasa kantuk lagi-lagi menyerang. Kelopak matanya bahkan sudah hampir tertutup rapat, seakan ada magnet yang memaksanya untuk segera menyembunyikannya bola mata itu. Segarnya air di pagi hari yang masih terlalu dini sama sekali tak mampu melenyapkan serangan kantuk itu, malahan semakin menyiksa hingga membuat Alvian tak kuasa menahannya.

NEW LIFE [ ALVIAN ] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang