1. Rae's break-up story

121 9 14
                                    


"I hate to see you like this" Ucap Jimin simpati kepada sahabatnya yang berada di seberang meja berhadapan denganya.

Mata Rae bengkak dan bagian bawahnya berwarna gelap, terlihat sekali kalau dia tidak bisa tidur selama beberapa hari dan menangis terus-menerus.

"Aku gapapa kok, hanya butuh waktu aja supaya bisa lupain dia." Ucap Rae kepada Jimin diikuti dengan helaan nafas yang panjang.

Jimin hanya menatapnya dengan wajah khawatir.

Mereka sedang berada di taman dekat gedung kantor mereka bekerja. Biasanya mereka berdua selalu ke tempat ini pada jam istirahat sambil menikmati kopi, pastry dan duduk di antara meja kursi piknik yang terbuat dari kayu berhadap-hadapan.

Belakangan ini pikiran Rae selalu terdistraksi dengan kenangan-kenangan saat awal dia berpacaran. Semua masalahnya terasa sangat ringan saat dia tahu masih ada kekasihnya yang selalu berada di sampingnya.

Rae baru saja putus cinta dengan pacarnya yang bernama Yoongi. Ia bekerja sebagai produser musik di satu gedung yang sama dengan Rae. Gedung tersebut memiliki banyak kantor yang berbeda di setiap lantainya.

"Aku butuh menyesuaikan diri sama keadaan yang sekarang." Ucap Rae pelan.

"Kayak apa misalnya?"

"Ya kayak pulang kerja bareng, dukungannya, late night talk, sex..."

Seketika Jimin menyemburkan minuman dari mulutnya kaget dengan perkataan Rae yang dia tidak duga.

"Iiiihh, jorok, dirty water! " Seru Rae kemudian sambil membersihkan cipratan air dari wajahnya.

Jimin masih batuk dan berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Wajar dong!" Seru Rae kemudian tahu kenapa Jimin merespon ucapannya seperti itu. "Itu kan kebutuhan, lagipula sex kan bukan berarti sex doang, tapi juga bisa berupa pelukan, kecupan, yah physical touch lah, "

"Apaan sih, pakai alasan pelukan sama kecupan segala, memang otak kamu mikirnya sex, ya sex aja berarti." Balas Jimin kemudian menghakimi sahabatnya.

Rae membalasnya dengan tawa kecil, tidak merasa malu menceritakan masalah pribadi dengan sahabatnya. Sudah lama rasanya Rae bisa tertawa walaupun tawanya hanya seperti cekikikan yang tidak terlalu terdengar.

"Aku bisa aja bantu kamu dengan dukungan, atau temen ngobrol malem-malem, bahkan anterin kamu pulang, " Balas Jimin yang sekarang sudah mulai tenang, "kalau sex.. " lanjutnya kemudian dengan wajah menggoda, seperti anak kecil yang berlagak polos.

"Najis!" Balas Rae tegas yang disambut tawa Jimin yang sangat keras.

"Kok gitu sih? Aku kan gak kalah menarik dari Kak Yoongi!" Seru Jimin kemudian merasa tersindir.

Memang Jimin tidak kalah menarik dari Yoongi, pikir Rae yang seketika langsung membayangkan fisik mantan pacarnya. Kulitnya yang putih seperti porcelain, suaranya yang dalam, pipinya yang imut, dan senyumnya yang memperlihatkan gusi. Ia tidak akan pernah bisa dilupakan begitu saja

Tetapi bukan itu yang membuat Rae jatuh cinta dengan Yoongi. Ia jatuh cinta karena gayanya yang keren dengan setelan monocrom'nya, kecintaannya kepada musik dan sifatnya yang cool.

Sifatnya itu juga yang membuat Rae meragukan perasaan Yoongi, Rae selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah benar Yoongi mencintainya atau tidak. Awalnya perasaan itu menyenangkan bagi Rae, membuat ia semakin penasaran, lama-kelamaan perasaan itu pun yang menyiksanya.

Komunikasi seperti apapun sudah Rae coba untuk memperbaiki hubungan tersebut, tetapi karakter seseorang memang sulit untuk dirubah. Rae juga yang cenderung insecure terhadap dirinya sendiri lama kelamaan kesulitan dalam mempertahankan hubungan tersebut, sehingga akhirnya dia memutuskan hubungannya tiga hari yang lalu.

Rae menjatukan kepala ke kedua lengannya yang sedang terlipat di atas meja piknik. Berusaha mengalihkan pikirannya dari Yoongi.

"Tapi memang ini pilihan yang terbaik kan? Daripada kamu selalu ngerasa gak dicintai sama pacar sendiri." Tanya Jimin kemudian.

"Iya, aku harus belajar cinta sama diri aku sendiri dulu, baru bisa mencintai orang lain, begitu juga dia." Jawab Rae dengan suara yg bergetar. Berusaha sebisa mungkin untuk tidak menangis.

Walaupun Rae yang memutuskan hubungannya, tidak bisa dipungkiri bagaimana sakit perasaannya sekarang kehilangan seseorang yang dia cintai.

Jimin yang sebelumnya berada di hadapan Rae, sekarang duduk di sebelahnya sambil merangkul pundak Rae, Jimin berusaha menatap mata Rae yang dari tadi selalu menghindari tatapannya.

"Kalau kamu masih kesulitan belajar mencintai seorang Rae, belajar sama aku dong! Because I love you sooo much!" Ucap Jimin sambil memperlihatkan matanya yang hilang karena senyumannya yang lebar berusaha menghibur sahabatnya.

Rae pun akhirnya terseyum, merasa beruntung masih ada sahabatnya yang selalu berada di sampingnya setiap kali ia membutuhkannya. Rae pun membalas rangkulan Jimin dan berkata "I love you too"

"Lagian liat sisi positif nya dong," Seru Jimin yang akhirnya melepaskan rangkulannya, "sekarang kamu single kan, sama kayak aku, kamu bisa bebas ngapain aja, ngeceng, kencan, nyari gebetan baru, sex bebas.."

Seketika Rae memukul pundak Jimin kesal dengan candaannya.

"Loh, katanya kebutuhan," Balas Jimin kemudian sambil tertawa dan mengelus pundaknya.

"Males ah, baru juga putus" Balas Rae sambil menopang dagunya. Memikirkan dirinya sendiri yang harus kenalan dari awal, lalu, PDKT, dan kencan, menurut Rae itu adalah kegiatan yang merepotkan sekarang ini. Ia hanya mau langsung di tahap akhir, di mana satu sama lain sudah merasakan jatuh cinta.

"Halaahh, munafik, paling kalau orangnya Kak Namjoon , kamu pasti mau-mau aja, ya kan?" Ucap Jimin kemudian membuat pipi Rae seketika merah.

Ya, Namjoon, seseorang yang selalu membuat hati Rae bergetar. Rae sudah dari dulu menyukainya. Bahkan sebelum ia berpacaran dengan Yoongi. Namjoon merupakan atasan mereka, CEO dari perusahaan jasa periklanan bernama MonStudio.

Rae sudah menyukainya semenjak ia baru mulai bekerja di perusahaan tersebut sebagai tim produksi. Rae sangat terpesona dengan public speaking Namjoon yang menurutnya sangat keren, ditambah kejeniusannya dalam berpikir, dan bakatnya sebagai pemimpin.

Memikirkannya saja sudah membuat Rae semakin berdebar saat ini dan seketika melupakan Yoongi yang belum lama ada di benaknya.

Walaupun pada saat Rae berpacaran dengan Yoongi perasaan suka itu agak berkurang, tetapi tetap saja ada sebagian kecil di hati Rae yang selalu kagum kepada Namjoon.

"Tuh kan, senyum-senyum sendiri, hahahaha.. " Seru Jimin menggoda sahabatnya yang kentara sekali sedang memikirkan gebetannya.

"Apaan sih? " Balas Rae malu sambil mendorong badan Jimin yang masih menunjukan jarinya yg mungil ke arah wajah Rae yang semakin merah.

"Sebentar lagi kita rapat, loh." Ucap Jimin masih dengan nada menggoda.

"Terus? " Tanya Rae belum paham maksud Jimin yang tiba-tiba membahas kegiatan kantor.

"Bakalan ngeliatin kak Namjoon terus dong.." Jawabnya manja masih terus menggoda Rae yang baru sadar ke arah mana maksud Jimin barusan.

Rae hanya membalasnya dengan senyuman kecil. Ia berpikir kalau Jimin memang benar. Saat ini ia tidak boleh banyak bersedih dan selalu melihat hal positif dari sesuatu. Rae sekarang menjadi lebih semangat menanti apa yang akan terjadi hari ini.

"Udah gak sedih lagi kan?" Tanya Jimin beberapa saat kemudian.

"Iya, makasih ya, " Jawab Rae dengan senyum tulus. Sadar bahwa dari tadi sahabatnya berusaha untuk menghiburnya. Sangat bersyukur dia memiliki Jimin sebagai sahabatnya.

Wajah Jimin pun merekah, "anything for you, dear."

7 Men in Her LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang