48. Promise

16 4 0
                                    

Saat ini Jimin sedang sibuk dalam lamunannya, akhir-akhir ini hanya itu kegiatannya. Dia tidak fokus bekerja, semua pekerjaannya dia berikan ke bawahannya, Soobin, Taehyun dan Heuning Kai, dia hanya tinggal menganggukan kepalanya setuju dengan ide mereka lalu kembali lagi melamun.

"Kak, dialog narator untuk iklan Trevlot udah bagus kayak gini?" Soobin bertanya kepada Jimin sambil memberikannya kertas selebaran yang penuh dengan coretan.

Trevlot merupakan perusahaan yang memproduksi peralatan untuk hiking and adventure, produknya kebanyakan merupakan tas, sepatu dan juga perlengkapan untuk kebutuhan berpetualang di alam.

Jimin tidak mengambil kertas tersebut dari tangan Soobin, dia hanya meliriknya sekilas lalu menganggukan kepalanya setuju.

"Dibaca gak sih, kak?" keluh Soobin melihat reaksi Jimin yang tak acuh.

Jimin menghembuskan nafasnya, "udah bagus kok, Soobin, aku percaya sama kamu," jawabnya lembut.

"Bener ya, awas loh, nanti pas record voice over jangan marah-marah," keluh Soobin yang sudah hafal tabiat Jimin.

Soobin pun kembali ke kursinya, meninggalkan Jimin kembali sibuk dalam lamunan.

Sekedar informasi, sebenarnya Jimin melamun bukan perihal pekerjaannya, Jimin melamun karena dia, perempuan yang sedang duduk di hadapannya.

Rae tertunduk fokus pada layar komputernya, sepertinya sedang mengedit sesuatu karena suara mouse yang berbunyi klik klik klik terus terdengar. Rae kemudian mengambil tablet yang berada di dalam lacinya, lalu menyalakannya dengan cepat. Pulpen digital dari tabletnya itu menari bersama dengan jari-jari lentiknya. Sepertinya dia sekarang sudah mulai membuat storyboard untuk iklan terbarunya.

Jimin yang hanya memperhatikan tangan Rae saja bisa langsung mengetahui apa yang sedang Rae lakukan, semudah itukah baginya untuk mengenali Rae? Sedekat itukah dia dengannya sampai Jimin hampir mengetahui semua tentangnya? Apalagi setelah mengetahui kisah Rae dari kakaknya secara langsung, Jimin semakin mengenalnya dan dia merasa sangat lega karena dia lebih memahami Rae lebih dalam.

Tentu saja dia tidak bisa tenang setelah mengetahui kalau hati Rae yang dia kira murni selama ini ternyata penuh dengan luka. Hanya saja hal tersebut tidak membuat Jimin menjadi muak, malah kebalikannya, mengetahui hal tersebut Jimin malah semakin peduli, semakin menyayanginya.

Dia hanya penasaran saja, kenapa dia tidak mengetahuinya secara langsung dari mulut Rae sendiri, dia kan sahabatnya, dia kira selama ini Rae sudah menceritakan segalanya kepada Jimin, tetapi ternyata tidak, dan rasanya sampai saat ini pun masih banyak cerita penuh luka itu yang belum sampai kepada Jimin.

Apapun itu seharusnya Jimin mengerti, Rae tidak mau membicarakan masa lalunya, menurutnya hal tersebut sudah terjadi dan menjadi pelajaran untuk Rae lalu tinggal dilupakan, tetapi Jimin penasaran.

Dia ingin mengetahui segalanya tentang Rae, dia ingin tahu siapa teman-temannya yang dulu merundungnya dan siapa mantannya yang berengsek sampai membuat hati Rae terluka seperti itu? Siapa? Jimin harus tahu agar dia bisa menghajar mereka semua sekeras mungkin sampai luka mereka tidak akan pernah sembuh.

Sejauh yang Jimin sudah ketahui selama mereka berteman, Rae hanya pernah melakukan hubungan serius dengan dua orang saja, mantannya saat dia SMA dan juga mantannya yang bernama Yoongi, setelahnya dia hanya tahu kalau Rae terkadang melakukan beberapa kencan singkat dan hampir semuanya dilakukan hanya untuk hubungan fisik saja.

Awalnya Jimin kira Rae tidak terlalu menyukai hubungan serius, sama seperti Jimin yang selama ini kalau berpacaran hanya karena iseng saja, lalu ternyata Rae juga pernah mengungkapkan kepadanya kalau love language Rae kebanyakan adalah kontak fisik, sehingga dia selalu membutuhkan sex. Sudah seperti hal yang membuatnya kecanduan, begitu menurut penjelasan Rae kepadanya. Sampai akhirnya Jimin bisa menyimpulkan kenapa Rae sangat membutuhkan hal tersebut, dan jawabannya adalah karena mantan SMA-nya yang membuatnya seperti itu. Mantannya membuat Rae merasa dicintai kalau sudah berhubungan sexual, dan menurut Jimin itu hal yang tidak terlalu benar karena perasaan cinta bisa lewat bentuk apapun.

7 Men in Her LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang