13. Namjoon's Lunch with Rae

11 5 0
                                    


Setelah memesan sandwich mereka masing-masing, Rae dan Namjoon duduk di meja yang berada di luar. Namjoon melihat sandwich-nya dengan wajah ceria, terlihat kalau dari tadi ia menahan laparnya kemudian melahap sandwich-nya dengan gigitan besar.

"Keliatannya enak." Ujar Rae sambil membuka bungkusan sandwich-nya.

Namjoon menganggukan kepalanya antusias sambil berusaha menutupi mulutnya yang penuh dengan makanan.

Rae kemudian mengikuti Namjoon dan melahap sandwich-nya juga. Di hadapan Rae, Namjoon menghembuskan nafasnya panjang.

Namjoon sekarang sudah menggunakan topi yang berwarna senada dengan sweater-nya, ia juga menggunakan kacamata hitam untuk melindungi matanya dari terik matahari siang ini.

"Kenapa?" Tanya Rae sambil melihat ke arah Namjoon.

"Aku udah lama banget gak santai kayak gini." Jawabnya sambil menikmati hembusan angin yang pelan. Walaupun ia menggunakan kacamata hitam, tetapi Rae bisa melihat kalau ia sedang menatap jauh ke arah pemandangan di luar.

"Kak Namjoon sibuk terus sih," Balas Rae. "Sekali-kali liburan dong, titip kantor sama kita, kita pasti jagain kok." Sarannya sambil mengigit rotinya lagi.

"Iya, kayaknya aku butuh itu, tapi kalau aku inginnya liburan sama kamu, kantor bisa jalan dengan baik, gak ya?"

Rae seketika menghentikan kunyahannya, terkejut atas ungkapan Namjoon barusan. Liburan bersama? Ada apa dengan Namjoon hari ini, kenapa dia masih menganggap Rae seseorang yang spesial seperti saat mereka berada di depan tante kasir tadi? Apakah dia masih terhanyut dalam adegan rekaan itu, atau memang dia menganggap Rae seseorang yang spesial? Pikir Rae bertanya-tanya.

"Hanya jalan-jalan di galeri aja, lihat-lihat karya seni. Kayaknya itu juga udah cukup buat refreshing pikiran aku." Ungkapnya kemudian sepertinya tidak sadar akan ucapan sebelumnya.

"Aku tahu beberapa galeri bagus di daerah sini." Jawab Rae kemudian berusaha melupakan ungkapan Namjoon sebelumnya.

"Kamu kan lulusan seni rupa, pasti lah tahu galeri-galeri yang bagus." Ujarnya memperlihatkan lesung pipi yang membuat hati Rae semakin bergetar.

"Kamu tahu gak, salah satu alasan aku pilih kamu untuk kerja bareng aku itu karna kamu lulusan seni rupa?" Lanjut Namjoon.

"Oh ya? Aku baru tahu. Kalau alasan yang lain apa?" Tanya Rae memberanikan diri.

"Alasan lain?" Tanya Namjoon yang tiba-tiba gugup.

"Iya, kan barusan kak Namjoon bilang 'salah satu alasan', kalau alasan lainnya apa?"

Tiba-tiba saja pipi Namjoon berwarna kemerahan, susah payah menelan makanan yang berada di dalam mulutnya. Sepertinya dia tidak bisa mengungkapkan alasan sebenarnya, tetapi kemudian dia menjawab, "karna kamu kreatif." Jawabnya singkat.

Rae hanya tersenyum.

"Aku seneng ketemu dengan orang yang suka seni rupa. Aku selalu kagum sama seniman-seniman kayak kamu."

Rae tersipu malu dan menundukan kepalanya. "Aku bukan seniman."

"Kok kamu mikir gitu?" Tanya Namjoon kaget. Keningnya mengerut. "Orang yang bikin karya seni itu seniman namanya!" Ucapnya bersemangat.

Rae menggelengkan kepalanya gemas dengan pernyataan Namjoon.

"Menurut aku, seniman itu gak hanya berkarya aja, tapi dia juga berkomitmen dan kerja di bidang itu, teus banyak orang yang mau beli karyanya, baru dia bisa dibilang seniman." Balas Rae pelan.

7 Men in Her LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang