"Lantai 7 nomer 2... Lantai 7 nomer 2.." Bisik Rae pelan berbicara dengan dirinya sendiri mengingat tempat yang akan dia tuju saat ini.
Dia menemukan lift di apartemen tersebut, setelah masuk dia menekan angka 7 dan menunggu dengan tegang. Setelah sampai di lantai yang dia tuju, dia melihat lorong panjang dengan nuansa hangat. Ada beberapa pintu di lorong tersebut dan semuanya berwarna coklat kayu.
Rae berjalan menghampiri pintu kedua, ia melihat nomer 2 pada pintu tersebut. Jantungnya berdegup kencang, menanyakan pada dirinya sendiri, ketuk pintunya atau tidak? Dirinya berhadapan dengan sebuah dilema. Apakah ini pilihan yang tepat atau tidak? Apa resikonya dan apa juga keuntungannya?
Lebih banyak resikonya sih, pikir Rae, tetapi entah kenapa dia ingin sekali mencobanya.
Rae menghembuskan nafasnya pelan. Bertemu saja dulu dengannya, tidak perlu pikir panjang, apapun yang terjadi nanti siapa yang tahu, mungkin saja aku akan berubah pikiran. Ungkap Rae di dalam benaknya.
Dia kemudian mengetuk pintunya tiga kali, lalu terdengar dari dalam ruangan tersebut bunyi hentakan kaki yang sepertinya sangat bersemangat.
Hoseok membuka pintunya dengan keras.
"Raaaaaeeee..!!" Serunya antusias sambil membuka kedua lengannya lebar-lebar, menyambut Rae ke dalam pelukannya. Rae menyambut pelukannya. Baru saja ia hanya melihat Hoseok, tetapi perasaannya sudah lebih baik dari yang sebelumnya.
"Rae, Rae, Rae, Rae, akhirnya kamu ke sini jugaaa~" Nyanyi Hoseok dengan nada yang dia karang sendiri sambil memeluk Rae dan melompat-lompat kegirangan, membuat tubuh Rae terayun.
"Haaii, Hobiii.." Balas Rae sambil melepaskan pelukannya.
"Silahkan masuuukk~" Ungkap Hoseok masih bernyanyi.
Apartemen Hoseok ternyata lebih luas dari yang Rae bayangkan, nuansa apartemennya seperti berteriak Hoseok. Warnanya terang karena cahaya yang datang dari jendela besar.
Di dekat pintu masuk terdapat rak yang dipenuhi dengan koleksi mainan Be@rbrick. Ada beberapa boneka juga yang bertebaran di bawah lantai dan di atas sofa hitam secara tertata. Kebanyakan boneka tersebut merupakan karya Murakami Takashi, karakter bunga matahari yang berwarna-warni. Lukisan-lukisan berwarna cerah juga menempel menghiasi dinding ruangan. Di tambah banyaknya koleksi sepatu yang tersusun rapih di rak dan di bawah lantai.
Apartemen ini sangat mencermikan kepribadian Hoseok yang ceria.
Dari semua barang yang berada di ruang tengah, Rae tidak bisa mengalihkan pandangannya dari cermin besar yang bersandar di dinding ruang tengah memperlihatkan seluruh tubuhnya.
"Cerminnya besar banget, pasti buat latihan nari ya?" Tanya Rae menunjuk ke cermin tersebut.
"Iyaa doong.. aku butuh cermin besar, terus kalau aku mau latihan, aku tinggal singkirin aja coffee table-nya, biar makin luas." Ungkap Hoseok sambil mengarahkan matanya pada meja kopi yang berada di antara sofa dan cermin.
Rae menganggukkan kepalanya mengerti.
"Mau minum apa?" Tanya Hoseok bersemangat sambil berjalan menuju dapurnya yang berada di sebelah kanan apartemen.
"Emm, adanya apa?" Tanya Rae mengikuti Hoseok. "Ada Sprite, gak?"
Seketika Hoseok membalikan badannya ke arah Rae, dengan wajah sumringah dia berkata, "oh, I love you already."
Rae menatapnya dengan wajah bingung sambil tersenyum heran, sepertinya Hoseok sangat menyukai merek minuman tersebut.
"Love? Bukannya kamu gak percaya cinta?" Tanya Rae kemudian mengikuti Hoseok kembali yang sekarang sudah membuka kulkasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Men in Her Life
FanfictionRae adalah seorang gadis sederhana yang bekerja sebagai koordinator tim produksi periklanan. Hidupnya hanya berfokus pada pekerjaan dan orang-orang disekitarnya. Ibu, kakak, sahabat kakaknya yang sangat tampan, sahabatnya yang selalu ada untuknya, a...