6. Serendipity

19 5 0
                                    

Flashback
1 tahun 2 bulan yang lalu.

Hari ini merupakan jam istirahat makan siang yang menyedihkan buat Rae. Sahabatnya Jimin sedang sakit dan izin untuk beristirahat di rumah, sehingga Rae merasa kesepian di kantor.

Rae terpaksa harus makan bersama teman kerjanya yang lain. Walaupun mereka sudah dekat, tetapi tetap saja masih ada sosok yang kurang melengkapi harinya.

Mereka sedang berada di ruangan yang biasanya digunakan untuk tempat para karyawan beristirahat. Letaknya dekat dengan dapur kantor yang memiliki kulkas, microwave, kompor dan kebutuhan lainnya untuk sekedar menghangatkan makanan yang tersedia di lemari dapur.

Beberapa karyawan ada yang sedang duduk di meja bar, beberapa karyawan juga ada yang berkumpul di meja makan bulat yang terletak secara mengacak di ruangan tersebut.

Rae sedang menyenderkan tubuhnya di salah satu kursi yang mengelilingi meja bulat bersama rekan kerjanya dari tim produksi dan beberapa dari tim kreatif.

Mereka sudah membeli dan membawa makan siangnya masing-masing, sementara di depan meja Rae tidak terdapat makanan apapun karena biasanya dia makan di luar bersama Jimin setiap jam makan siang.

Rae hanya bisa cemberut. Ia mengambil handphone-nya dan dengan cepat mengirim pesan kepada Jimin.

'Aku benci kamu. Kamu ninggalin aku.'

Yang tidak lama kemudian di balas Jimin.

'Makan siang sendiri ya? Hahaha'

Rae tidak membalasnya karena kesal, tetapi masih ada perasaan sayang kepada sahabatnya, sehingga ia akan tetap membawakan sup atau bubur hangat untuk Jimin saat pulang kerja nanti.

"Aku pergi ke luar dulu, ya." Ucap Rae kemudian kepada rekan-rekan kerjanya.

"Loh, gak makan bareng di sini, kak?" Tanya Yeonjun yang menengadahkan kepalanya ketika melihat Rae beranjak dari kursinya dan berdiri di depannya.

"Engga ah, makanan di pantry isinya cup ramyeon doang." Ungkap Rae sambil cemberut.

"Pesen makan aja, kak. Pakai aplikasi, terus kirim ke kantor." Ucapnya sambil membuka bekal makanannya.

"Aku beli di luar aja, terus makan di sini." Beberapa dari mereka menganggukan kepalanya setuju dengan ucapan Rae, "tapi gak usah nunggu aku ya, kalian makan aja duluan."

Dengan begitu Rae keluar menuju lobby dan turun menggunakan lift. Ketika lift berada di lantai 4, pintunya terbuka dan memperlihatkan seorang pria yang sedang berdiri menunggu lift.

Tubuh Rae seketika kaku setelah melihat wajah pria yang sedang berdiri di hadapannya.

Ia tampan, matanya tajam dan gelap seperti kucing, bibirnya tipis berwarna merah kontras sekali dengan kulitnya yang berwarna putih bersih. Rambutnya hitam pekat seperti warna bulu seekor gagak. Ia mengenakan baju abu-abu dan celana yang selaras dengan bajunya.

Matanya yang tajam itu seketika memperhatikan ke arah dada Rae cukup lama. Seketika Rae merasa risih dengan tatapannya sehingga ia membungkukan badannya sedikit dan melipat kedua lengannya ke arah dada.

Dengan kesal Rae memutar bola matanya dengan sinis sambil menggeserkan tubuhnya menjauh dari pria tersebut ketika ia masuk ke dalam lift.

Setelah pria tersebut masuk ke dalam lift ia hanya berdiri menyenderkan tubuhnya di belakang tubuh Rae. Menunggu pintunya tertutup.

Keheningan di dalam lift membuat suasana menjadi canggung. Sampai akhirnya pria tersebut mengatakan sesuatu.

"Maaf, aku tadi merhatiin gambar di kaos kamu. Aku gak mau kamu salah paham." Ucapnya dengan suara yang dalam, tidak menyangka suara itu berasal dari wajahnya yang imut.

7 Men in Her LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang