58. Rae's Trauma (part one)

11 2 0
                                    

"Surprise~" Joshua tersenyum ke arah Rae yang sekarang tidak bergeming, kaku.

Seluruh tubuh Rae tegang melihat senyuman Joshua yang indah sekaligus manipulatif itu, dia sudah mengenal senyuman itu sejak lama.

Tubuh Rae membeku, lidahnya kelu, dia tak bisa berkata-kata, dia hanya bisa berdiri diam, seperti patung yang terpaku. Ingatan-ingatan buruk itu kembali, seluruh trauma yang pernah Rae alami, seolah kembali menghantui.

Dengan sekuat tenaga Rae meyakinkan dirinya untuk berlari, menjauh darinya, namun kakinya tidak bisa bergerak, seolah terikat oleh belenggu yang tidak terlihat. Rae hanya bisa menatapnya dengan tatapan yang kosong, dia tidak tahu harus berbuat apa.

"Hai, baby, I miss you," ungkap Joshua kemudian dengan suara paling halus yang pernah Rae dengar seumur hidupnya.

Rae masih tidak bergerak. Matanya sekarang mulai berkaca-kaca. Dia takut, dia takut hari ini akan datang, hari di mana dia bertemu lagi dengan mantan kekasihnya yang satu ini.

Kelemahannya yang paling besar sedang berdiri di hadapannya, tersenyum manis dengan matanya yang melengkung bagaikan bulan sabit.

Mereka sudah tidak bertemu semenjak lulus SMA, dan itu merupakan waktu yang seharusnya cukup lama agar keduanya melupakan semua kenangan mereka dahulu, tetapi tidak bagi Rae dan tentu saja tidak bagi Joshua.

Joshua merindukan momen ini, momen dimana dia berkuasa di atas Rae. Setelah sekian lama Rae akhirnya berada di dalam genggamannya kembali. Ketika dia melihat betapa kagetnya Rae saat ia bertemu dengannya, dia semakin merasa berkuasa, rasanya seperti bisa melakukan apapun yang dia ingin lakukan karena Rae sudah kembali lagi menjadi mangsa favoritnya.

Air mata Rae mengalir begitu saja walau dia tidak berkedip.

"Aww, sampai terharu gitu, gak nyangka ya bisa ketemu aku lagi?" Joshua merayunya sambil mengusapkan tangan kirinya pada pipi kanan Rae yang basah.

Rae tersentak kaget dengan gerakan Joshua yang mendadak, membuat Joshua semakin gemas kepadanya.

"Jangan sentuh aku," akhirnya Rae menguatkan hatinya dan berbicara. Dia memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang sedang dia rasakan saat ini lalu menepis tangan Joshua menggunakan lengannya pelan.

"Tumben, biasanya juga kamu yang minta," jelas Joshua tersenyum menyeringai.

Rae sangat membencinya, dia membenci seluruh kata yang keluar dari mulutnya. Kenapa setelah sekian lama membencinya tetapi tetap saja Rae tidak memiliki kekuatan untuk melawannya? Dia masih bergeming di hadapannya, tidak pergi dan juga tidak tahu harus mengucapkan apa kepadanya.

Say something, pikir Rae, katakan apapun yang bisa membuatnya menjadi lega dengan perasaan yang sudah dia pendam selama ini. Katakan kalau dia sudah menghancurkan hidup Rae, sebutkan kata-kata sekasar mungkin kepadanya. Suruh dia pergi dari tempat yang sudah Rae anggap sebagai rumahnya ini. Kutuklah dia sekeji mungkin sampai dia menangis dan takut kepada Rae. Ayo! Katakan dengan keras!

"Ngapain kamu di sini?" dengan kesal Rae bertanya. Kesal bukan hanya karena lawan bicaranya, tetapi dia juga kesal karena hanya kata-kata itu yang bisa dia keluarkan dari mulutnya, bukan kata makian yang seharusnya diucapkan.

"Kenapa memangnya? Pengen kalau aku ke sini karena mau ketemu sama kamu?" Ejek Joshua. "Aku ke sini sebagai client, Rae, jadi jangan ge-er ya.." Joshua berkata dengan nada yang tidak terdengar sinis sama sekali. Suaranya manis, tetapi terdengar sangat pahit sampai di telinga Rae.

Pertanyaan-pertanyaan memenuhi isi pikiran Rae, membuat otaknya sibuk sehingga badannya tidak bisa melakukan apa-apa, yang bisa Rae lakukan adalah menjaga ekspresinya. Dia tidak mau terlihat lemah di hadapan Joshua.

7 Men in Her LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang