4. Rae's Home

31 7 0
                                    


Sudah jam 5 sore dan akhirnya pekerjaan Rae selesai.
Setelah berpamitan dengan seluruh rekan kerja, Rae berjalan gontai menuju lift dan secara otomatis menekan tombol lantai 4.

Sesampainya di lantai 4, ia langsung membuka pintu kaca besar yang berada di hadapannya menuju meja resepsionis yang terletak di lobby kantor di lantai 4 tersebut.

"Halo kak Rae. " Sapa seorang perempuan di balik meja resepsionis. Ia berkulit coklat, rambutnya panjang dan ikal, wajahnya sangat manis dan ramah.

"Hai, Roxy." Balas Rae pelan sudah biasa disambut oleh resepsionis yang sudah lama mengenal dia.

"Kak Yoongi masih di dalam, sebentar saya panggilkan, ya." Ucapnya kemudian sambil mengangkat telfonnya.

"Heeehh??!! " Seru Rae kaget dan baru sadar setelah Roxy menyebutkan nama mantannya. "Engga, engga, gak perlu! " Ucapnya sambil melambaikan tangannya.

Roxy menghentikan kegiatannya dan menaruh kembali telfonnya.

"Bilang aja aku pulang duluan ya, eh.. atau, gak usah bilang aja deh sekalian, pura-pura aja kalau aku gak kesini, tolong ya," Ujar Rae memohon sambil kebingungan.

"Emm.. Okay.. " Balas Roxy yang lebih bingung dengan reaksi Rae yang tidak seperti biasanya.

"Makasih loh, maaf ya," Lanjut Rae yang kemudian langsung keluar dari lobby dan berlari kecil menuju lift.

Di dalam lift jantung Rae terdengar keras sekali, wajahnya panas. Ia memejamkan matanya dengan erat. Kenapa bisa sampai lupa sih? Pikir Rae. Kebiasaannya pulang bersama Yoongi setiap pulang kerja sulit untuk ia lupakan. Karena ini merupakan hari pertama kerja semenjak ia putus, ia harus membiasakan dirinya mulai dari sekarang.

Rae akhirnya pulang menggunakan bus seperti saat ia belum berpacaran dengan Yoongi, kemudian ia berjalan menuju rumahnya dengan keadaan masih cemas, bagaimana kalau Yoongi tahu kalau barusan dia mampir ke kantornya. Rae hanya bisa berharap kalau Roxy tidak menceritakan apa-apa perihal kejadian tadi kepada Yoongi. Sungguh memalukan jika Yoongi sampai tahu.

Akhirnya ia sampai rumah. Rumah Rae tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Hanya rumah sederhana bergaya minimalis yang memiliki halaman yang luas.

Setelah masuk ke rumahnya, Rae menjatuhkan tubuhnya dengan keras di atas sofa ruang tamu yang empuk sambil menghela nafas panjang dan memejamkan matanya, berusaha mengisi ulang energinya yang hampir habis karena pekerjaan hari ini dan pikirannya yang masih belum bisa tenang.

Lamunannya terganggu dengan suara yang berasal dari dapur, Rae sudah bisa menebak siapa yang sedang berada di dapur tersebut.

Rae tersenyum kecil, lebih bersemangat dari sebelumnya ketika tahu bahwa orang itu ada di rumahnya hari ini.

Ia menghampiri dapur dan melihat seorang pria dengan bahu yang lebar sedang memunggungi Rae. Tebakannya benar, orang itu memang selalu sibuk memasak.

Dapur Rae juga bernuansa minimalis, meja dapur dan meja bar-nya berwarna putih dan terdapat corak kayu berwarna coklat muda dipenuhi dengan berbagai macam botol bumbu dan sayur-sayuran beserta beberapa tanaman untuk menghiasi suasana dapur agar lebih segar.

Wangi daging langsung memenuhi penciuman Rae. Rae mengikuti arah wangi tersebut dan mendapati Seokjin yang menggunakan celemek berwarna abu-abu masih membelakangi Rae.

Rae tersenyum jahil, ia berjalan sepelan mungkin, berusaha tidak mengeluarkan suara sedikitpun, lalu duduk di kursi bar, menyandarkan tangannya pada meja bar yang berada di belakang Seokjin sambil berpangku tangan.

Tidak lama kemudian, Seokjin akhirnya membalikan badannya.

"WAAHH!! Kkamjjag-iya!!!" Serunya keras, seketika langsung mengibaskan tangannya heboh setelah melihat Rae yang dari tadi berada di belakangnya.

7 Men in Her LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang