Rae terbaring di atas kasur, pikirannya melayang-layang tanpa arah yang jelas. Berbagai gambar-gambar yang tidak saling berhubungan satu sama lain menyelimuti isi kepalanya bergantian.
Terkadang dia melihat sebuah gunung, lalu dengan cepat gambar itu berganti menjadi lampu lalu lintas, sebuah dompet yang tergeletak di atas meja yang asing, seekor cacing yang menggeliat di atas tanah yang basah, seorang perempuan yang sedang mengikat rambutnya, klip dari permainan mario bros, topi baret berwarna hitam, tangan mungil yang menggunakan cincin hello kitty, boneka bunga matahari yang berwarna-warni, bonsai mungil yang berada di kantornya, gambar bunga tiger lily yang menghiasi kulit pucat seseorang, dan bayangan tuts piano saling bergantian di dalam pikirannya.
Rae menghembuskan nafasnya pelan, berusaha terlelap setelah dia meminum obatnya. Matanya tertutup rapat.
Dia bisa mendengar suara-suara bisikan dari luar kamarnya, suara tersebut berdengung tidak jelas. Bisikan-bisikan tersebut lama kelamaan menjadi lebih jelas dari sebelumnya. Seperti ada seseorang yang sedang kesal dan menegur lawan bicaranya. Rae tidak mau peduli, untuk saat ini dia hanya mau fokus kepada bayangan-bayangan yang dia rasakan saat ini.
Gambar yang terus bergantian itu sekarang cenderung berwarna gelap. Jaket beludru berwarna biru, tangan seorang pria yang penuh dengan garis-garis urat yang menonjol, gitar berwarna hitam, sebuah senyum gusi yang familiar.
Bayangan-bayangan tersebut membuat Rae menjadi lebih tenang. Semakin Rae berusaha mengejar bayangan tersebut semakin hangat suasana menyelimutinya. Rae merasa jauh lebih nyaman dari sebelumnya.
Bayangannya begitu nyata di dalam imajinasi Rae, seakan-akan orang itu memang berada di sana walaupun Rae tidak bisa menggapainya. Bahkan aroma kayu yang manis bisa Rae cium dan kehangatan yang dirasakan Rae seakan-akan selamanya akan tetap ada.
Setiap usapan yang Yoongi berikan untuk Rae rasanya terasa sekali menyentuh kulitnya.
Yoongi mengusap luka Rae yang berada di bagian atas pahanya dengan lembut. Dia menyayangi sosok yang berada di hadapannya dengan tulus. Dia menyayangi seluruh luka yang berada di tubuh Rae, dia menyayangi segala kekurangan dan kelebihan yang Rae miliki.
"Jangan pernah lakuin ini lagi ya," bisik bayangan tersebut kepada Rae sambil mengusap luka Rae pelan.
Rae menganggukan kepalanya, meyakinkan sosok yang sedang bersamanya tersebut.
Saat ini Rae tidak tahu apakah dia sedang bermimpi atau masih melamun, tetapi yang dia tahu pasti, Rae sedang mengulang lagi kenangannya yang dulu ketika dia masih bersama Yoongi.
Mereka berdua sedang berada di atas kasur Yoongi, malam itu Rae pertama kali menginap di apartemennya. Kamarnya gelap, nuansanya berwarna biru tua. Kaki Rae yang terbuka terlihat kontras dengan warna seprai yang hitam.
Rae baru saja menceritakan kisah traumatic-nya kepada Yoongi. Merupakan hal yang sulit bagi Rae untuk terbuka seperti itu, tetapi Rae mempercayainya. Ada sebagian perasaan sedih dalam diri Yoongi ketika mendengar kisah Rae, tetapi juga ada perasaan lega karena Rae mau menceritakannya pada seseorang yang dia percaya.
Yoongi tersenyum ketika melihat Rae menganggukan kepalanya setuju untuk tidak menyakiti dirinya lagi.
"Janji?" Tanyanya setelah mengecup luka Rae pelan.
"Janji."
"Janji buat kamu sendiri ya, jangan janji buat aku."
Rae menjawab lebih lama dibanding pertanyaan sebelumnya, sampai akhirnya dia menganggukan kepala dan berkata "Janji."
Yoongi menghembuskan nafasnya lega, menidurkan kepalanya di atas kaki Rae, membuat Rae mengelus pelan rambutnya yang hitam.
Mereka berdua tenggelam dalam keheningan malam. Hanya ada suara detak dari jam dinding. Yoongi menatap langit-langit kamarnya, sementara Rae menatap kekasihnya. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Men in Her Life
FanficRae adalah seorang gadis sederhana yang bekerja sebagai koordinator tim produksi periklanan. Hidupnya hanya berfokus pada pekerjaan dan orang-orang disekitarnya. Ibu, kakak, sahabat kakaknya yang sangat tampan, sahabatnya yang selalu ada untuknya, a...