42. Epiphany

10 3 0
                                    

"Mas Jin," Rae membangunkan Seokjin dari tidurnya sambil menggoyangkan tubuh Seokjin ke kiri dan ke kanan.

Seokjin yang cenderung mudah bangun langsung membuka matanya dan menatap Rae dengan mata sipit dan wajah yang bengkak.

"Rae?" Suara Seokjin terdengar serak. "Kenapa? Kamu gak bisa tidur lagi?" 

Dengan panik dan secara tidak sadar, Seokjin telah menggenggam pipi Rae menggunakan tangan kanannya, memastikan kalau Rae baik-baik saja.

Rae yang kaget dengan sentuhan itu hanya bisa memperlihatkan pipinya yang semakin merah.

"Bukan gak bisa tidur sih, hanya kebangun aja," jawab Rae pelan.

"Terus kenapa?" Seokjin bertanya masih dengan suara yang cemas.

"Pengen minta tolong ajarin aku masak," Rae tersenyum canggung dan sangat berharap Seokjin tidak akan menolak.

Seokjin yang baru tersadar kalau Rae benar-benar baik-baik saja dan malah mengganggu tidurnya yang nyenyak langsung melepaskan tangannya dari pipi Rae dan menutup seluruh wajahnya menggunakan selimut dengan keras.

"Pleeeaassee.." Rae memohon dan merengek di atas kasur Seokjin.

"Kamu tuh sadar gak sih ini jam berapa?" seru Seokjin kesal di balik selimutnya.

"Udah jam 6 pagi kok, tapi aku harus udah bisa masak jam 8 pagi biar makanannya bisa aku bawa ke kantor," jelas Rae kembali menggoyangkan tubuh Seokjin.

Seokjin membuka selimutnya sedikit, dia memperlihatkan wajahnya yang tidur tengkurap. "Buat apa bawa makanan ke kantor? Mau aku bikinin bekel lagi kayak kemarin?"

Rae menggelengkan kepalanya. "Engga, mau aku bawa buat aku kasihin ke Jimin sama Jungkook."

Dahi Seokjin mengerut bingung, sebagian matanya tertutup poninya yang lurus dan halus. "Siapa Jungkook?"

"Karyawan baru di MonStudio, orangnya baik, aku pengen aja kasih sesuatu buat dia, karna dia selalu bikinin aku kopi susu."

Seokjin menghembuskan nafasnya panjang dengan kesal. "Kamu mau kasih dia makanan karna dia sering bikinin kopi doang, tapi kamu gak pernah kasih aku apa-apa padahal hampir setiap hari tuh aku yang selalu kasih kamu makan?!" keluhnya di atas bantal, "bukannya ngasih malah minta ajarin masak lagi."

Rae tertawa dibuatnya, "Mas Jin emang mau apa?" Rae bertanya sambil mendekatkan wajahnya pada Seokjin.

Saat Seokjin menatap mata Rae, dia tidak bisa berkata apa-apa.

Apakah ini rasanya terbangun dengan melihat wajah orang yang dicintainya? Bahkan di pagi hari saja wajahnya bersinar, matanya berkelip indah.

Pikiran Seokjin barusan membuat telinganya seketika berwarna merah dan dia menyadarinya sehingga dia langsung beranjak dari tidurnya.

"Ya udah cepet," keluhnya tidak berani menatap mata Rae lebih lama lagi.

"Yeaayy," seru Rae semangat. Mereka berdua beranjak dari kamar dan berjalan menuju dapur. Seokjin berjalan dengan lesu, menggunakan baju hangatnya yang berwarna ungu.

"Mau masak apa?" Seokjin bertanya setelah sampai dapur.

"Em.. apa ya? Masak apa aja deh yang kira-kira aku bisa."

"Kok apa aja sih? Kamu mau kasih makanan karena berterimakasih kan? Harusnya makanan yang mereka suka dong, biar spesial."

"Oh iya ya."

Seokjin sepertinya menyesali sarannya barusan karena sekarang pemberian Rae kepada siapapun itu akan menjadi sesuatu yang spesial dan berharga.

"Jimin sukanya apa?"

7 Men in Her LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang