33. Inner Child (part 2)

11 6 1
                                    

Trigger Warning: Talking about bullying, body shaming.

*******

“Aku gak nyangka loh, Bibi masih inget sama kita,” ucap Rae sambil menopang dagunya.

“Aku kira kamu sering ke sini semenjak kita pisah?” Taehyung bertanya heran karena rumah Rae tidak jauh dari kedai ini.

Rae sedikit terkejut mendengar pertanyaannya, dia sudah tahu apa alasannya dia tidak mau berkunjung lagi ke tempat ini, dia tidak mau Taehyung tahu, tetapi bagaimanapun juga Rae tidak mau membohongi Taehyung.

“Waktu kamu bilang kalau kamu gak mau ketemu aku lagi, aku jadi pengen ngelupain kamu,” jawab Rae sambil menundukan kepalanya malu. “Aku gak mau berhubungan sama apapun yang bikin aku inget sama kamu.” Rae hanya bisa berharap kalau Taehyung tidak akan kecewa mendengar jawabannya.

Dan Taehyung memang tidak kecewa pada Rae, dia lebih kecewa pada dirinya sendiri.

“Oh,” balasnya pelan.

“Kamu gak kecewa kan aku bilang gitu?” Rae bertanya takut Taehyung akan kecewa atau sakit hati karena ucapannya.

“Engga lah, wajar kok, aku malah lebih kecewa kamu bilang kalau aku bukan first crush kamu,” jawabnya tak acuh.

“Masih bahas itu lagi,” seru Rae sekarang tidak percaya dengan sikap Taehyung yang mulai kekanak-kanakan.

“Abisnya kamu kan kecengan pertama aku, aku juga harus jadi kecengan pertama kamu dong,” balasnya dengan wajah cemberut.

“Kamu dulu ngeceng aku?” Rae bertanya kaget. Tidak ada sama sekali pikiran di benaknya kalau dulu seorang Taehyung menyukainya.

“Iyalah! Kalau engga buat apa juga aku ngedeketin kamu,” ungkapnya mengejek.

“Iya ya, dulu kan kamu terkenal cakep banget, mana mau ngedeketin aku yang jelek,” balas Rae dengan tatapan sayu dan senyuman yang tidak tulus.

“Tuh kan! Kamu selalu gitu deh, ngerendahin diri kamu sendiri! Kamu tuh cantik,” seru Taehyung kesal. 

Dia selalu kesal dengan sikap Rae yang seperti itu. Harus dia yakinkan berapa kali sih agar Rae paham? Selama mereka berdua berteman, Taehyung selalu meyakini Rae, menguatkan Rae, tetapi sampai sekarang Rae masih merasa seperti itu. Hal itu membuat Taehyung sedih.

Walaupun begitu Taehyung tahu betul alasan kenapa sulit sekali untuk meyakinkan Rae kalau dia merupakan sosok yang menarik. Dia tahu betul kalau ada sosok lain yang membuat Rae menjadi berpikir sebaliknya, yang membuat Rae merendahkan dirinya sendiri.

“Waktu aku pergi.. kamu masih sering di bully?” Taehyung bertanya dengan hati-hati, tidak mau membuat Rae merasa tidak nyaman dengan pertanyaannya, tetapi Taehyung harus tahu, dia harus tahu keadaan Rae semenjak ia tinggalkan.

Tentu saja Rae kaget dengan pertanyaan tersebut, dia tidak siap untuk membahas masa lalunya yang kelam itu, tetapi ini bukan pertama kalinya ia membahas hal tersebut kepada orang lain, dan tentu saja Rae bisa mempercayakan ceritanya ini kepada Taehyung. Dia yang selama ini selalu melindunginya ketika mereka berteman dahulu. Taehyung berhak untuk tahu.

Rae menganggukan kepalanya pelan, menyiapkan dirinya untuk menceritakan seluruh kisahnya kepada Taehyung, ia mengambil nafasnya dalam dan menghembuskannya pelan. 

“Waktu kamu gak ada, ya aku di bully makin parah lah,” jawab Rae sedikit tertawa, menutupi perasaan yang sebenarnya. Taehyung mengerutkan keningnya, wajahnya muram.

“Makin parah gimana?” Tanya Taehyung menahan amarahnya.

“Ya kamu tahu kan dulu aku sering dikatain kayak babi sama.. geng itu..” ucap Rae mengingatkan Taehyung pada grup teman-teman SD-nya dulu yang menyebalkan. “Terus kamu inget juga kan kalau aku sering didorong mereka sampai jatuh, dan kamu yang selalu nolongin aku sambil marah-marah ke mereka,” lanjutnya sambil tersenyum, merasa berterima kasih kepada Taehyung yang dulu selalu melindunginya.

7 Men in Her LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang