Begitu Rae terbangun dari tidurnya, tentu saja hal pertama yang dia ingat adalah kejadian kemarin. Dia membencinya, maka dari itu hari ini dia berharap agar harinya sama seperti hari-hari sebelumnya, normal.
Rae sedang dalam tahap tidak ingin teringat perihal kejadian kemarin, dia bahkan tidak mau mengambil hari cuti seperti yang disarankan Jimin lewat pesan singkat.
'Hari ini merupakan hari normal seperti hari-hari sebelumnya', ujarnya di dalam hati meyakinkan dirinya sendiri.
Tentu saja hal tersebut tidak terjadi seperti yang Rae harapkan.
Pagi ini saja dia terbangun karena wangi sarapan kesukaannya. Sebuah hal yang sangat tidak biasa. Seokjin yang sudah bangun lebih pagi mengetuk pintu kamar Rae dan membukanya sebelum Rae mempersilahkan, ia menyodorkan sebuah nampan berisi waffle dan strawberry beserta orange juice, kopi dan susu.
"Makaaan~" rayu Seokjin yang dibalas Rae dengan gelengan, sampai akhirnya Seokjin menyodorkan makanan tersebut ke mulut Rae sambil mengoceh seperti ibu-ibu. Dia bahkan melakukan segala cara sampai akhirnya Rae mau makan, walaupun dengan cara menyuapkan makanan tersebut secara paksa.
Setidaknya Ibu dan Ken yang sudah terbiasa dan tahu betul apa yang Rae inginkan sebisa mungkin memperlakukan Rae seperti biasanya, walaupun mereka menatap Rae seperti Rae sedang menderita penyakit kronis dan lebih banyak bertanya daripada biasanya.
Di kantor juga Rae diperlakukan sama seperti di rumah, semua mata tertuju padanya saat dia pertama kali masuk ke ruangan. Rae hanya tersenyum ramah membalas tatapan khawatir mereka semua.
Beritanya pasti sudah menyebar. Seluruh kantor pasti sudah tahu kalau kemarin Rae mengalami breakdown setelah dirundung lewat media sosial hanya gara-gara dia pergi makan dengan temannya yang seorang Idol.
Jimin memperhatikan Rae dari atas kepala sampai bawah kaki dengan wajah cemas, membuat Rae agak risih dibuatnya.
"You're good?" Jimin bertanya ketika Rae menarik kursi dari mejanya.
"Hah?" Rae terkejut dengan pertanyaan Jimin. "Aku? Baik kok, baik," jawab Rae gugup.
Jimin bisa membaca Rae seperti buku, dia tahu kalau Rae sedang tidak baik-baik saja.
"Mau aku bikinin teh manis?" Dengan sigap Jimin berdiri dari tempat duduknya. "Aku bikinin ya!" serunya kemudian tanpa menunggu jawaban dari Rae.
Rae menghembuskan nafasnya panjang. Sikap Jimin yang penuh perhatian saja sudah membuat Rae merasa menjadi beban untuknya.
Sejak kapan dia menawarinya minum saat dia baru datang ke kantor, biasanya juga dia mengomel tentang pekerjaannya.
Akhirnya Rae mengalihkan pikirannya dengan melakukan rutinitasnya secara teratur. Dia menyalakan komputernya terlebih dahulu, kemudian meletakan handphone di meja sebelah kanannya, begitu komputer sudah menyala, dia membuka email, membaca apakah ada pemberitahuan baru untuknya, lalu dia melihat list pekerjaan yang harus dia lakukan.
"Kak Rae," ucap seseorang di belakang tubuh Rae. Rae memutar badannya dan melihat Jungkook sedang menggenggam kopi susu di tangannya.
"Kopi?" tawar Jungkook sambil menyodorkan kopi susu dingin ke arah Rae dengan wajah lugunya.
"Engga makasih, aku lagi dibikinin teh sama Jimin," jelas Rae tersenyum ramah. Wajah Jungkook yang sebelumnya ceria mendadak kecewa, seperti anak anjing yang tidak diajak jalan-jalan ke taman. Melihat mata Jungkook yang besar dan memohon seperti itu membuat Rae menjadi tidak tega untuk menolak pemberiannya.
"Tapi setelah dipikir-pikir, kopi lebih enak sih daripada teh," ungkap Rae kemudian mengambil gelas kopi tersebut dari tangan Jungkook. Wajahnya langsung berubah lagi menjadi ceria, memperlihatkan gigi kelincinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Men in Her Life
FanfictionRae adalah seorang gadis sederhana yang bekerja sebagai koordinator tim produksi periklanan. Hidupnya hanya berfokus pada pekerjaan dan orang-orang disekitarnya. Ibu, kakak, sahabat kakaknya yang sangat tampan, sahabatnya yang selalu ada untuknya, a...