16. Rae's Sleeping Friend

14 5 1
                                    

Rae membuka matanya, terbangun karena mimpinya lagi. Untuk yang kesekian kalinya ia selalu bermimpi tentang Yoongi, bermimpi tentang kenangan-kenangan yang sudah ia lalukan bersama dengan mantan kekasihnya itu, sampai-sampai rasanya dia sudah terbiasa dengan rutinitas tersebut. Hanya saja setelah Rae memimpikannya, ia terbangun dan sulit untuk tidur kembali.

Rae menghembuskan nafasnya panjang lalu menutup matanya. Ia berusaha tertidur kembali dan membayangkan scenario lain selain mimpinya barusan. Ia gagal, wajah Yoongi malam itu begitu jelas di kepala Rae. Manis, hangat, nyaman, semua Rae bisa rasakan. Semua perasaan saat malam itu terjadi terulang Kembali di benaknya.

Sekarang ia membuka matanya lebar-lebar, menjauhkan bayangan itu dari kepalanya, tetapi sekarang perasaannya menjadi dingin dan pahit. Rasanya sudah lama sekali dia bisa tidur dengan nyenyak dan tidak memimpikan Yoongi.

Satu-satunya malam di mana ia bisa tidur nyenyak adalah ketika ia tidur di ruang TV bersama Seokjin. Rae memutar badannya ke kiri dan ke kanan, mencari posisi yang enak untuk tidur tetapi gagal. Apakah ia memang harus tidur ditemani oleh orang lain supaya bisa tidur nyenyak?

Rae melihat jam dindingnya, masih jam 12 malam, mungkin Ken masih belum tidur. Ia berdiri dari tempat tidurnya sambil membawa bantal dan pergi keluar kamar.

Rumahnya sepi, padahal ia berharap ada Seokjin lagi yang sedang menonton TV seperti waktu itu. Ia berjalan menyusuri lorong di rumahnya yang gelap. Rae melihat kamar Ken sudah tertutup rapat, dan dia bisa mendengar dengkuran yang keras dari dalam kamar tersebut.

Rae mengerutkan keningnya, menjauh dari kamar Ken, kesal dengan suara dengkurannya yang keras. Lalu ia melihat kamar di sebrangnya. Kamar untuk tamu yang biasa dipakai Seokjin sedikit terbuka, memperlihatkan cahaya dari dalam kamarnya yang masih menyala.

Rae mengintip kamar tersebut, Seokjin sedang menggenggam handphone-nya dengan posisi horizontal, menandakan kalau ia sedang bermain game di atas kasurnya.

Rae mengetuk pintu kamarnya pelan.

"Hmm?" Jawab Seokjin yang masih fokus pada permainannya, mengira sahabatnya yang mengetuk pintu kamar.

"Mas Jin?" Tanya Rae kemudian membuat Seokjin terkejut, matanya meninggalkan permainan.

"Rae?" Tanya Seokjin bingung, "ada apa?"

"Mas Jin belum tidur?" Tanya Rae pelan masih di balik pintu dan hanya kepalanya saja yang memasuki ruangan.

"Udah nih, lagi mimpi main game." Jawab Seokjin sarkastik sambil memperlihatkan handphone-nya.

"Temenin aku dong." Jawab Rae yang sekarang sudah masuk ke dalam kamar.

"Temenin apa?"

"Temenin aku nonton TV lagi sampai ketiduran." Ucap Rae dengan nada manja, merayu Seokjin agar mau menemaninya.

"Gak mau, aku mau tidur!" Ujar Seokjin cuek sambil menutup tubuhnya dengan selimut menghindari ajakan Rae.

"Kan tadi masih main game!" Seru Rae semakin mendekat ke arah kasur.

"Udahan, tuh." Jawabnya sambil mematikan handphone-nya.

"Ayolaaahh, temenin bentar aja sampai aku ketiduran. Pliiisss." Lanjut Rae memohon. Rae sudah seputus asa itu untuk bisa tidur dengan nyenyak.

Badannya sudah bukan badan yang dia kenal. Matanya selalu berat ketika jam kerja, badannya lemas, otaknya bekerja dengan lamban.

Rae butuh tidur dan akan melakukan segala cara untuk bisa tidur.

"Gak mau!" Seru Seokjin. "Badan aku sakit semua kalau ketiduran di sofa kayak waktu itu."

Rae memajukan kedua bibirnya cemberut. "Ya udah deh," Ujarnya pelan sekali sambal menghembuskan nafasnya, "aku sendirian aja kalau gitu." Suaranya terdengar memelas.

7 Men in Her LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang