"Terus kamu mau gimana sama dia?" Tanya Jimin yang sedang mengatur tata letak produk sepatu agar terlihat lebih estetik."Ya gak gimana-gimana, aku mau jalanin aja." Jawab Rae sambil mengambil gambar sepatu tersebut menggunakan kamera yang berada di tangannya.
Mereka sedang berada di studio yang letaknya di lantai 7 gedung kantor mereka. Studio yang sangat luas karena dibutuhkan untuk keperluan merekam video iklan.
"Tapi kan dia udah jelas-jelas bilang, kalau dia gak mau ada hubungan serius sama kamu." Balasnya kemudian sekarang membenarkan letak lampu yang menerangi produk sepatunya agar sepatunya terlihat lebih jelas.
"Ya justru karena dia gak mau sebuah hubungan serius, makanya aku ngejalaninnya santai aja, gak peduli perasaan masing-masing." Jawab Rae lagi sekarang membantu Jimin untuk membenarkan letak tanaman kecil yang berada di sebelah produk sepatu.
Jimin mengerutkan keningnya. Sementara Rae masih fokus mengerjakan pekerjaan yang berada di hadapannya.
"Jadi kalian itu pacaran tanpa status pacaran? Atau gimana sih?" Tanya Jimin kemudian masih belum paham betul hubungan antara Hoseok dan Rae.
"Emm.. Apa ya? Mungkin kayak temen kencan aja, tapi tanpa perasaan apa-apa." Jawab Rae juga yang sebenarnya belum paham betul hubungan apa yang ia ingin lakukan dengan Hoseok.
"Friends with benefits, maksudnya?" Tanya Jimin dengan nada kesal sambil mengerutkan keningnya.
"Mungkin bisa dibilang gitu." Jawab Rae santai.
Jimin terlihat sedikit kecewa mendengarnya, Rae langsung berkomentar kembali setelah melihat wajah Jimin yang asam.
"Ya kan benefits bisa berbentuk apa aja. Sama aja kayak love language kan, bisa berbentuk layanan, waktu, hadiah, atau cerita." Jawab Rae sambil kembali mengambil beberapa gambar lewat kameranya.
"Bisa berbentuk kontak fisik juga kan?!" Ujarnya kesal sambil mengganti produk sepatu yang sebelumnya dipajang dengan produk sepatu yang lain. "Kalau misalnya dia hanya butuh kamu untuk sekedar temen cerita atau temen yang ngehabisin waktu bareng, menurut aku dia bisa lakuin itu sama temennya yang lain, dia gak akan butuh kamu!"
Jimin seperti bukan dirinya sendiri, dia juga tidak mengerti kenapa dia harus sekesal ini. Seperti timbul rasa yang besar untuk melindungi Rae. Perasaannya semakin dalam semenjak kemarin.
Rae hanya terdiam, berusaha fokus memotret produk yang ada di depannya tetapi juga tidak bisa berhenti memikirkan kata-kata Jimin sebelumnya. Memang betul apa yang diucapkan Jimin, tetapi menurut Rae apa salahnya jika seseorang memang hanya membutuhkan kontak fisik terhadap orang lain?
"Ya mungkin dia gak punya temen.." Lanjut Rae berusaha mencari alasan untuk membela teman barunya Hoseok yang sepertinya Jimin tidak sukai.
"Kamu kan baru aja bilang kemarin kalau dia ke sini jemput kamu karena mau ketemu temennya, terus pakai acara gak jadi segala lagi, apa jangan-jangan dia bohong lagi, hanya bikin alasan doang supaya bisa ketemu sama kamu.."
Rae sekarang menjadi agak ragu-ragu untuk mempercayai Hoseok, toh dia memang baru Rae kenal, dia belum tahu banyak hal tentangnya, tetapi perasaannya selalu bilang kalau Hoseok merupakan orang yang baik dan bisa dipercaya.
"Tapi Hobi orangnya baik kok, ramah ke semua orang, bahkan dia juga ramah sama Mas Jin walau Mas Jin gak tau kenapa judes banget sama dia." Ungkap Rae menceritakan secara singkat kejadian canggung kemarin.
"Iya, dia ramah ke semua orang supaya dipercaya sama orang lain. Aku tuh pokoknya udah tahu isi kepala laki-laki kayak gitu, kalau dia mau temenan sama kamu, pasti dia ada butuhnya dan aku duga pasti dia butuhnya sex, bukan hanya sekedar temen kencan!" Seru Jimin kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Men in Her Life
FanfictionRae adalah seorang gadis sederhana yang bekerja sebagai koordinator tim produksi periklanan. Hidupnya hanya berfokus pada pekerjaan dan orang-orang disekitarnya. Ibu, kakak, sahabat kakaknya yang sangat tampan, sahabatnya yang selalu ada untuknya, a...