"Sinta?" Sapa Delvan, ia bisa melihat Sinta yang sedang membelakangi dirinya, Delvan tidak terlalu yakin apakah itu Sinta atau bukan, tapi punggung itu sangat mirip dengan Sinta, wanita yang sangat ia rindukan.
Wanita itu berbalik, dan benar dugaan Delvan kalau itu benar-benar Sinta, Delvan berjalan mendekati Sinta yang masih betah berdiri di tempat tadi dengan senyuman hangatnya Sinta merentangkan tangannya, tidak mau menunggu Delvan langsung berlari dan memeluk tubuh wanita yang sangat ia cintai itu.
Air mata Delvan meluruh, ia sangat rindu dengan wanita yang sedang memeluknya ini sungguh ia selalu terjebak dalam bayang- bayang Sinta, Delvan ingin sekali terlepas dari bayang-bayang itu tapi Delvan tidak bisa ia sudah terlanjur mencintai Sinta.
"Hi Delvan apa kabar" tanya Sinta yang masih memeluk tubuh besar Delvan, walaupun Delvan tidak muat di dalam pelukannya.
"Hei jangan nangis malu sama badan kamu yang gede"
Sinta terkekeh mendengar isakan kecil dari Delvan, ia sangat merindukan sifat manja suaminya itu ahh mungkin bisa diralat mantan suaminya.
"Delvan aku sudah mengembalikan elvino kepada kamu, aku mohon jaga elvino dan ketiga anak kita dengan baik" ujar Sinta sambil mengusap punggung delvan dan dibalas anggukan singkat oleh delvan.
"Sekarang aku bisa pergi dengan tenang, maaf sudah meninggalkan kamu tanpa alasan saat itu, Delvan aku sangat mencintaimu sungguh" tidak lama dari itu tubuh Sinta menghilang Delvan bingung kenapa sangat cepat Sinta menghilang, Delvan terduduk ia sungguh sedih, tapi ia tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan sekarang ada elvino yang harus ia jaga.
"Sinta aku janji akan menjaga keempat anak kita dengan baik, pergilah dengan tenang, terimakasih dan aku juga mencintaimu" ucap delvan sambil melihat langit-langit.
~~~
"Tuan kita sudah sampai di London" ujar Reno, Delvan langsung terbangun ia baru ingat kalau ia sedang berada di penerbangan menuju London, tapi ia sungguh senang tadi, akhirnya ia bisa secara perlahan terbebas dari bayang-bayang Sinta, karena waktu dulu hampir setiap hari selama dua tahun Sinta selalu datang ke mimpinya tapi sekarang ia tahu alasan Sinta selalu datang dan semoga Sinta tidak akan mendatangkan mimpinya lagi, dan dengan cepat delvan melupakan rasa bersalahnya yang selama ini menghinggapi hati dan pikirannya.
Delvan merapihkan baju nya yang sedikit kusut, dan ia langsung berjalan keluar saat sudah sampai di luar sudah ada beberapa mobil yang menunggunya di depan bandara, Delvan memasuki salah satu mobil ia ingin menyetir sendiri sekarang, karena ia ingin cepat cepat sampai ke rumah sakit dan bertemu dengan anak bungsunya.
Selama di perjalanan senyum tipis tidak pernah luntur dari bibir Delvan, ia sungguh senang akhirnya setelah sebulan lamanya elvino terbangun, inilah hari yang ia tunggu, setelah beberapa menit berkendara Delvan Sampai di rumah sakit.
Ia terus berlari menelusuri koridor rumah sakit tidak peduli dengan pandangan orang yang menatap nya dengan tatapan bingung, yang di pikiran Delvan hanya elvino dan elvino.
Delvan terus berlari sampai di Depan ruang ICU ia menemukan Axvel, Axel dan xavier yang sedang duduk di Depan ruang ICU sedangkan Rei ia sedang pemeriksaan rutin elvino, Delvan segera menghampiri ketiganya.
"Gimana kondisi elvino?" Tanya Delvan setelah berdiri dengan sempurna di Depan axvel, Axel dan xavier.
"Kondisi nya membaik tapi harus di ruang ICU dulu untuk beberapa hari" jawab Xavier segera Delvan masuk kedalam ruang ICU dengan berbagai perlengkapan supaya steril.
Saat masuk ia bisa melihat Rei yang sedang mengobrol dengan elvino walaupun sama sekali tidak dibalas karena mulut elvino tersumpal oleh sesuatu selang yang masuk kedalam tenggorokan nya, elvino hanya membalas dengan senyuman tipis, gerakan tangan kecil atau kedipan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVINO
Teen Fictionelvino Alexander pemuda imut dan cukup tampan tetapi karena keimutan nya lebih mendominasi menjadikan ketampanan nya terhalangi, walaupun memiliki wajah yang imut, badan yang mungil dan sangat baby face bahkan orang mengira ia adalah anak yang baru...