Delvan tersenyum senang karena tembakan nya benar-benar tepat sasaran, ia mendekati Bagas yang sedang memegang kakinya yang di Tembak oleh Delvan tadi, itu terus-menerus mengeluarkan darah, ingin sekali rasanya menangis sekencang-kencangnya tapi harga dirinya akan turun nanti.
"Bagaimana, apakah sakit?", Tanya Delvan berbasa-basi.
"Tentu sakit bodoh", jawab Bagas nyalang, delvan yang mendengar itu cukup terkagum dengan keberanian Bagas.
"Haha saya sangat menghormati keberanian mu nak", ujar delvan menepuk pundak Bagas singkat, setelah itu Delvan segera menghampiri elvino yang cukup kaget dengan suara tembakan tadi, bahkan karena suara itu ia semakin mempererat pelukannya.
"Kak El takut", ucap elvino lirih.
"It's okay baby, tidak perlu takut ada kakak dan yang lain di sini", ujar Arthur menenangkan.
Delvan tersenyum dan langsung mengambil ahli tubuh kecil elvino yang sedang berada di gendongan Arthur, ia mengusap punggung sempit itu agar elvino lebih tenang, "apa sudah lebih baik hmm?", Tanya delvan dengan suara yang dibuat selembut mungkin, elvino yang mendengar penuturan Daddy nya hanya bisa mengangguk lemah.
"El mengantuk", ujar elvino lirih, karena saat di tinggal tadi tidurnya jadi tidak nyenyak dan ia selalu berhalusinasi ada seseorang yang memperhatikan nya dari jarak jauh, elvino sungguh takut akan hal itu.
"Yasudah tidur, Daddy Puk-puk", delvan memberikan pistol yang masih berada di genggamannya ke Arthur yang ada di sebelahnya, setelah itu Delvan segera menepuk bokong elvino agar anak itu cepat tertidur.
Sedangkan itu Bagas yang merasa para mafia itu tengah lengah karena sedang memperhatikan elvino, segera menyeret kan tubuh nya menuju ke arah pistol yang sempat terlempar jauh.
Bagas terus berusaha menggapai pistol itu tidak mempedulikan kaki nya yang terus menerus mengeluarkan darah, bahkan kalau beberapa jam kedepan luka itu tidak di obati Bagas bisa mati karena kehabisan darah, apalagi ia tidak berusaha untuk menghentikan pendarahan nya.
Ia tersenyum senang setelah pistol itu berada di tangan nya kembali, segera Bagas kembali mengarahkan pistol itu menuju ke arah Elvino lagi dan lagi, terkadang Bagas tidak bisa berpikir panjang, padahal kalau saja ia membunuh Delvan duluan akan lebih mudah membunuh elvino nanti nya apalagi Delvan lah yang membunuh kedua orangtuanya tapi Bagas tetap bersikukuh untuk membunuh elvino walaupun nyawa taruhannya.
"Sebaiknya kalian semua jangan senang dulu, aku belum nyerah hanya dengan satu tembakan saja", ujar Bagas, mereka semua yang tadinya sibuk berbincang langsung hening seketika.
"Baiklah nak, lakukan lah apa yang ingin kau lakukan kita tidak perduli", ujar mateus dan kembali berbincang dengan David karena kebetulan mereka sedang melakukan kerja sama sekarang, Bagas yang melihat itu menggeram marah, harga dirinya benar-benar dimainkan sekarang.
Saat Bagas mau menembak elvino sudut mata nya tidak sengaja melihat Arthur yang diam-diam juga mengarahkan pistol ke arahnya, "sebaiknya anda membawa elvino ke kamar ku atau Austin agar suara tembakan nya tidak terlalu terdengar, di kamar Daddy tidak kedap suara", saran Arthur dan dibalas anggukan singkat oleh Delvan, segera ia melangkahkan kakinya menuju ke arah lift.
Bagas yang melihat Delvan pergi dengan Elvino di gendongannya langsung kesal seketika, "kau tidak boleh pergi mafia bodoh", ucap Bagas yang membuat langkah Delvan terhenti.
"Baiklah saya akan di sini", ucap delvan sembari berusaha menutup telinga elvino, ya walaupun dia tahu usahanya tidak akan membantu setidaknya elvino merasa terlindungi.
"Diam di situ", ujar Bagas dan langsung bangkit, dia berjalan terseok-seok menuju ke arah Delvan tapi tidak ada satupun yang berusaha untuk menghalangi nya, bahkan seluruh bodyguard yang berjaga di segala sisi ruangan hanya diam menatap Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVINO
Teen Fictionelvino Alexander pemuda imut dan cukup tampan tetapi karena keimutan nya lebih mendominasi menjadikan ketampanan nya terhalangi, walaupun memiliki wajah yang imut, badan yang mungil dan sangat baby face bahkan orang mengira ia adalah anak yang baru...