ELVINO-TWENTY FOUR

26.5K 1.8K 32
                                    

Hari sudah gelap, siang berganti malam, matahari berganti bulan, sekarang jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam tapi seorang pria imut masih betah bergulung di bawah selimut tebal nya, makan malam akan di mulai setengah jam lagi tapi tidak ada yang berniatan untuk membangunkan pria imut ini.

Hoaaam

Elvino merenggangkan badannya yang terasa kaku, ia melihat ke sekeliling tidak ada seorangpun, sekarang kepalanya sangat pusing seperti di timpa batu yang sangat besar, dengan sempoyongan elvino turun dari kasur dan keluar dari kamar untuk mencari Daddy nya.

Nyawa nya belum terkumpul dengan sempurna, kepala nya pusing dan badan nya cukup lemas ini emang efek dari tidur sore-sore, elvino tahu kalau ini akan terjadi tapi rasa kantuknya lebih mendominasi tadi.

Elvino mencari Daddy nya di lantai dua yang sangat luas ini tapi tidak ada, bukannya tidak ada elvino saja yang malas mencari ia hanya mencari di salah satu kamar lalu sudah menyerah, lebih baik ia berteriak saja pasti Daddy nya atau kakak-kakaknya itu langsung datang.

Elvino turun menggunakan tangga saat hampir sampai ia bisa melihat tatapan tajam dari Delvan yang kebetulan lewat, Delvan menghampirinya dan ingin memarahi elvino tapi saat Delvan ingin memarahi nya elvino langsung merengek yang membuat delvan urung memarahi elvino.

"Hiks Daddy hiks gendong", elvino merentangkan kedua tangannya tanpa berfikir panjang Delvan segera menggendong elvino dan membawanya ke ruang keluarga di mana semua nya berkumpul sambil menunggu makan malam siap.

Delvan duduk di sebelah Rei yang sedang asik mengerjakan pekerjaannya sebenernya bukan hanya Rei saja si tapi semua nya sibuk dengan pekerjaannya, padahal seharusnya waktu seperti ini di habiskan untuk berbagi cerita atau mengobrol santai tapi lihatlah para orang yang gila kerja ini, mereka berkumpul tapi tidak ada seorangpun yang membuka pembicaraan.

"Kenapa El nangis hmm?", Tanya Delvan sambil mengusap rambut elvino yang hitam legam.

"El pusing Daddy rasanya kaya di timpa batu besar, kepala El sakit hiks huaaa", tangis Elvino kencang, mereka yang tadinya sibuk dengan pekerjaannya langsung mengalihkan atensi nya ke arah Elvino yang sedang menangis tersedu-sedu, sembari Delvan memijat kening elvino pelan berharap rasa pusing itu hilang.

"Cup jangan nangis ya nanti tambah pusing", Elvino menatap Delvan sambil sesegukan, ia ingin berhenti tapi tidak tahu kenapa tangisannya tidak mau berhenti walaupun ia sudah berusaha.

"Kenapa El nangis dad?", Tanya Rei penasaran.

"Kepalanya pusing", tanpa berbicara Rei beranjak pergi ke kamarnya dan mengambil tas dokternya setelah mendapatkan barang yang ia mau segera Rei turun lagi ke lantai satu.

"Dad baringkan biar Rei periksa", Delvan segera membaringkan tubuh Elvino di sofa panjang tapi cengkraman elvino pada baju Delvan makin menguat.

"Hiks El mau sama Daddy", ujar elvino sambil makin memeluk Delvan lebih erat.

"El diperiksa dulu ya sama kak Rei, biar sakitnya hilang", bujuk Delvan, elvino langsung saja menggeleng dan makin mengeratkan pelukannya.

"Oke El sama Daddy tapi lepas dulu ya pelukannya sebentar saja", elvino melihat kearah Rei dengan mata yang berkaca-kaca sehabis menangis, setelah menggeluti pikiran nya akhirnya elvino melepaskan pelukan itu walaupun dirinya masih berada di pangkuan Delvan.

Rei langsung saja mengeluarkan stetoskop dan termometer takut elvino demam, tapi setelah di cek lebih lanjut tidak ada yang salah dari elvino mungkin ini hanya pusing biasa.

"Elvino tidak apa-apa dad akan ku berikan obat pereda pusing dan vitamin nanti setelah makan malam", Delvan mengangguk mengerti, ia mengusap punggung elvino yang masih cukup bergetar, elvino bingung sungguh kenapa dirinya sekarang sangatlah cengeng padahal kejadian seperti ini sudah sangat biasa dan dirinya juga gak pernah nangis sebelumnya, memang keluarga ini membuatnya berubah 180⁰.

ELVINO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang