Disebuah ruangan yang gelap dengan bau anyir darah yang sangat menyengat, ada seorang perempuan dengan kaki dan tangan nya sudah terikat dengan rantai yang sudah berkarat membuat pergelangan kaki dan tangan perempuan itu memerah dan mengeluarkan sedikit darah karena selalu memberontak sedari tadi.
Kondisi perempuan itu cukup mengenaskan dengan lebam kebiruan di area mata dan bibir yang sobek karena di tampar oleh suruhan Delvan tadi, sampai sekarang perempuan itu masih sedikit memberontak dengan mata lebam yang menatap bodyguard tajam.
perempuan itu bernama bela, anak dari seorang pria yang pernah menyelamatkan Xavier saat ingin tertabrak oleh truk.
"Lepasin gak", kesal bela sembari berusaha melepaskan rantai yang menjerat pergelangan tangan nya, bodyguard yang menjaga setiap sudut ruangan itu hanya bungkam dan tidak ada niatan untuk menjawab ocehan tidak jelas bela.
"Kalian semua pada gak punya telinga ya", bela menatap para bodyguard itu tajam sembari jari telunjuknya menunjuk satu persatu bodyguard yang berjaga.
"Gw bilang lepasin, gw bisa aja aduin kalian ke om Delvan", ancam bela, tapi setelah diancam seperti itu pria berjas hitam dengan earphone yang menempel di kuping nya sama sekali tidak menanggapi perkataan bela, karena ini semua adalah perintah Delvan.
"Awas aja ya kalian semua, pegang kata-kata gw kalo Lo semua gak lepasin gw sekarang besok kepala kalian udah kepisah sama tubuh kalian", ujar bela dengan tertawa jahat, ia tahu kalau Delvan pasti akan menyelamatkan nya nanti, karena Delvan memiliki rasa berterimakasih kepada mendiang ayah nya.
Setelah mengatakan itu bela yang sudah capek dan tenggorokan nya yang terasa sangat kering pun memutuskan beristirahat sebentar.
"Eh Lo gw haus kasih gw minum", ujar bela sambil menunjuk salah satu bodyguard, tapi bodyguard itu sama sekali tidak menanggapi bela dan tetap memandang kedepan.
"Ahkkk anjing kalian dengar gak sih apa yang gw omongin", kesal bela karena sedari tadi omongan nya tidak ditanggapi sama sekali dan dianggap angin lalu.
Saat bela masih asik berceloteh tidak jelas tiba-tiba pintu terbuka dan masuklah, Xavier, axvel, Rei dengan Axel yang memimpin di depan.
"Hai cantik udah selesai teriak nya", sapa Axel sembari duduk di sofa yang memang ada di ruangan bawah tanah ini.
bela yang melihat keempat orang itu datang langsung merubah ekspresi nya menjadi lebih lembut, "Axel cepet lepasin aku, hiks tangan aku sakit", ujar bela dengan air mata yang mulai keluar membasahi pipi lebam nya.
"Tangan nya sakit ya, coba sini aku liat", Axel menghampiri bela, ia menundukkan sedikit badannya dan memegang pergelangan tangan bela yang memang sudah lecet, ia mengusap tangan itu pelan.
"Ini ya yang sakit", ujar Axel dengan senyum hangat nya, bela yang di perlakukan seperti itu pipinya bersemu merah.
"Tapi kayaknya kalo di pegang kayak gini sakit nya hilang", dengan sengaja Axel menekan pergelangan tangan bela yang membuat wanita itu menggerang kesakitan.
"Ahkk Axel sakit", ujar bela sembari berusaha menarik tangan nya.
"Eh sakit ya maaf cantik, sebentar aku mau ambil sesuatu dulu", Axel berjalan kearah lemari tua yang di dalamnya ada banyak sekali barang-barang yang sangat disukai axel, Xavier yang melihat Axel ingin mengeluarkan benda-benda itu menjadi bergidik ngeri karena ia tahu kakak sulungnya ini tidak akan ada belas kasihan sekarang.
Setelah mendapatkan barang yang dia mau Axel kembali menghampiri bela yang masih kebingungan dengan sikap Axel ia sangat manis dan perhatian tapi tidak ada niatan untuk melepaskan rantai yang menjerat tangan dan kakinya, "hei lihat deh ini pisau kesayangan aku, walaupun kecil tapi kalau menyayat kulit sakit banget sih", ujar Axel dengan senyuman yang lebih mengarah kearah Psychopath, sambil memperlihatkan pisau berkaratnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVINO
Teen Fictionelvino Alexander pemuda imut dan cukup tampan tetapi karena keimutan nya lebih mendominasi menjadikan ketampanan nya terhalangi, walaupun memiliki wajah yang imut, badan yang mungil dan sangat baby face bahkan orang mengira ia adalah anak yang baru...