ELVINO - FORTY FOUR

17.8K 1.5K 81
                                    

Ini sudah keesokan harinya, matahari sudah muncul dari ufuk timur dan mengganggu seorang pemuda manis yang masih tertidur pulas, ia melenguh setelah merasakan panas matahari yang menerpa wajahnya dan terbangun setelah nya.

Ia menatap ke samping dan tidak menemukan Daddy nya di sana, ia juga tidak merasakan Rantai yang kemarin membelenggu pergelangan kaki dan tangannya, ia yakin Daddy nya itu sudah luluh sekarang, pasti delvan merasa kasihan melihat elvino yang di rantai, tapi walaupun dirinya sudah tidak di rantai mungkin saja ia tidak di perbolehkan untuk keluar dari kamarnya, itu adalah hukuman yang terbaik untuk elvino mengingat ia yang tidak bisa diam.

Elvino termenung di atas kasur nya sembari mengumpulkan nyawanya yang masih tersisa setengah, dan tidak lama dari itu Delvan datang dengan membawa sarapan untuk elvino, ia tersenyum melihat anaknya yang telah terbangun tanpa ia bangunkan terlebih dahulu, sepertinya elvino sekarang menjadi lebih mandiri setelah ia bebaskan selama seminggu lamanya, dan ia tidak suka itu, oleh karena itu ia memutuskan untuk memberikan kebebasan hanya seminggu lamanya, padahal rencananya ia akan membiarkan Elvino bebas selama sebulan.

Ia menaruh mangkuk sarapan itu di atas nakas, dan tanpa aba-aba menggendong Elvino ala koala menuju ke kamar mandi, sedangkan elvino yang sudah terbiasa di perlakukan seperti ini hanya bisa pasrah dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher delvan mencari kenyamanan, jujur sebenernya ia masih cukup mengantuk sekarang.

"Mengantuk hmm?", Tanya delvan dan di balas anggukan lemah oleh Elvino.

"Cuci muka terus sarapan, habis sarapan kalau ingin tidur lagi ga papa", lagi-lagi elvino hanya mengangguk, ia sangat malas hanya sekedar mengeluarkan kata-kata.

Delvan mengusak puncak kepala elvino sayang dan mulai membasuh muka Elvino di wastafel dengan hati-hati, setelah Elvino terlihat lebih segar Delvan kembali beranjak pergi dari kamar mandi, ia menaruh elvino di atas tempat tidurnya dan mulai mengaduk bubur yang baru saja ia buat agar hangat, karena bubur nya sekarang masih cukup panas.

Setelah dirasa sudah cukup Delvan menyodorkan sesendok bubur itu kepada elvino dan begitulah seterusnya sampai bubur di mangkuk itu habis, Delvan tidak lupa juga memberikan elvino air putih.

"Masih mengantuk?", Tanya delvan lagi, elvino yang sedari tadi memejamkan matanya akhirnya ia membuka matanya dan melihat manik mata Daddy nya yang berwarna hijau terang.

"El sangat mengantuk, cuma el gak nyaman", ujar elvino malu-malu.

"Apa yang membuat mu tidak nyaman, katakan kepada Daddy".

"Apakah diapers nya tidak bisa di lepas, ini sudah sangat penuh, El tidak nyaman memakainya, El bukan bayi dad", protes elvino, dan dibalas kekehan singkat oleh Delvan, sungguh elvino sangat menggemaskan sekarang, lihatlah bibir nya yang menekuk lucu itu, dan jangan lupakan pipinya yang tidak tahu kenapa sekarang memerah mungkin karena malu.

"Kalau begitu pakai kateter saja bagaimana, itu biasanya yang dipakai orang dewasa", elvino yang mendengar itu langsung saja menggeleng ribut, oh ayolah memakai alat itu sangatlah menyakitkan, ia pernah memakainya saat sakit beberapa tahun yang lalu, dan rasanya benar-benar sakit.

"El tidak mau memakainya, itu sakit dad", kesal elvino.

"Kalau begitu menurut lah sama Daddy, ini adalah hukuman dari Daddy untuk mu, kalau kau protes sekali lagi, Daddy akan memasangkan diaper untuk mu sampai tahun depan", ancam delvan, akhirnya elvino hanya bisa mengangguk pasrah, lagian kalau memakai diaper ia tidak akan susah-susah untuk ke kamar mandi, ya tapi tetap saja ia jadi merasa kembali saat dirinya masih balita.

"Tidurlah kalau masih mengantuk, biar Daddy Puk puk", ujar delvan, tapi sebelum itu ia berpamitan keluar dulu untuk menaruh mangkuk dan piring kotor.

Setelah melihat Daddy nya keluar elvino kembali termenung, ia lagi memikirkan bagaimana ia bisa merubah pemikiran dan sifat keluarga nya yang sangat mengekang, ia sayang mereka semua, tapi tidak mungkin ia akan seperti ini Mulu sampai ia beranjak dewasa nanti, ia tidak mau saat dirinya sudah menginjak umur kepala dua dirinya masih di perlakuan seperti ini, ia sangat tidak mau sungguh, sebenernya hanya keajaiban saja yang bisa merubah pola pikir keluarga ini, mau ia berusaha sebesar dan sekuat apapun dirinya tidak akan bisa merubahnya.

ELVINO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang