Elvino terus menunggu sampai Daddy nya selesai membuat steak pesanan nya, ia menatap punggung tegap delvan yang membelakanginya, ia iri sungguh dengan tubuh Daddy nya yang seperti bentuk segitiga, dengan bahu lebar dan pinggang yang cukup langsing, elvino menatap badannya yang dari ujung sampai bawah benar-benar rata, tidak ada sama sekali lekukan apapun, bahkan perutnya cukup buncit karena di kasih susu terus tidak seperti Daddy, papah dan kakak-kakak lainnya yang memiliki perut kotak-kotak.
Selang beberapa menit steak itu jadi, Delvan menyiapkan nya di meja makan dan meninggalkan elvino sendirian begitu saja yang masih duduk di sebelah wastafel dapur, karena sebelum memegang elvino ia harus mencuci tangan nya terlebih dahulu ia takut Elvino kenapa-kenapa kalau dirinya tidak mencuci tangan nya.
Setelah Delvan selesai ia menghampiri elvino dan menggendongnya, terlihat dari tampang elvino yang sudah mulai mengantuk karena bosan menunggu delvan memasak.
Delvan menaruh elvino di kursi yang memang kursi khusus elvino karena kursi ini lebih tinggi dari pada yang lain, sebelum memberikan steak itu kepada elvino Delvan memotong nya dengan ukuran yang sesuai dengan mulut elvino.
"Daddy", panggil Elvino dengan bibir yang sudah melengkung kebawah.
"Kenapa hmm", jawab delvan yang masih sibuk memotong daging itu.
"El gak mau di potongin steak nya, El mau motong sendiri", ucap elvino kesal.
"Nanti tangan mu terkena pisau El, bahaya anak kecil tidak boleh main benda tajam".
"Ishh tapi gak enak kalau udah di potongin".
"Siapa bilang gak enak, coba dulu, lagian kalo udah di potongin kan jadi gampang makannya", delvan menaruh piring silikon itu di depan Elvino, dan Elvino makin di buat kesal dengan piring nya, oh ayolah dirinya ini sudah besar kenapa masih memakai piring silikon buat bayi, dan bukan cuma itu saja bahkan sendok dan garpu nya pun sama, dengan adanya karakter di ujung nya, sungguh elvino sudah sering protes masalah ini, tapi daddy nya hanya mengangguk dan sampai sekarang tidak di ganti.
"Tau ah El jadi gak nafsu makan", kesal elvino dan mendorong kecil piring itu.
"Kenapa hmm apakah ada yang salah dengan makanannya?", Tanya Delvan yang masih berusaha untuk sabar, untung manusia yang sekarang ia tangani adalah Elvino anak bungsunya kalau bukan sudah ia penggal kepala nya.
"El gak suka pakai piring seperti ini Daddy, itu terlihat seperti bayi", Elvino menunjuk piring silikon itu yang berwarna baby blue.
"Bukan nya piring ini sangat lucu, lihat warna nya biru seperti warna kesukaan El", ujar delvan yang masih berusaha untuk membujuk elvino.
"Iya warna nya bagus tapi El tetep gak suka".
"Terus El mau piring yang seperti apa?".
"Mau yang seperti Daddy biasa pakai".
"Tidak El piring kaca seperti itu sangat berbahaya untuk mu, nanti kalau semisal piring itu jatuh dan pecahan piring nya mengenai kaki atau tangan El bagaimana", El yang mendengar itu memutar bola matanya malas, Daddy nya ini memang begitu berlebihan.
"Pakai saja yang ini saja El, jangan membantah, Daddy sudah sering bilang semua yang Daddy berikan dan omongkan kepadamu adalah yang terbaik".
"El sudah tidak nafsu makan, Daddy saja yang makan", elvino menelungkupkan kepalanya di meja karena ia sangat mengantuk sekarang, akhirnya Delvan mengerti kenapa elvino rewel seperti ini, sepertinya anak itu sangat mengantuk.
"Makan, Daddy sudah susah-susah membuatnya untuk mu", akhirnya elvino pasrah dan memakan steak itu karena ia juga tidak tega, padahal ia yang minta tadi untuk dibuatkan steak tapi sekarang ia menolaknya, mau bagaimana ia harus tau batasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVINO
Teen Fictionelvino Alexander pemuda imut dan cukup tampan tetapi karena keimutan nya lebih mendominasi menjadikan ketampanan nya terhalangi, walaupun memiliki wajah yang imut, badan yang mungil dan sangat baby face bahkan orang mengira ia adalah anak yang baru...