Sekarang Delvan sedang berada di perjalanan menuju mansion, tentunya dengan Elvino di gendongannya yang sudah tertidur pulas, Delvan mengeratkan selimut elvino karena merasakan kulit tubuh elvino yang terasa cukup dingin.
Sedari tadi Joan yang sedang duduk di sebelah Delvan terus menggerutu tidak jelas, tadi ia memaksa ikut dengan Delvan tapi ternyata ia didiami begitu saja kalau tau seperti ini ia lebih memilih pulang bersama David tadi, setidaknya ia harus mengambil David dan kakak-kakaknya elvino terlebih dahulu baru Daddy, karena ia tahu Delvan sungguh sangat menyayangi elvino, ya walaupun semuanya juga sangat-sangat menyayangi elvino.
"Daddy", ujar Joan sembari menarik ujung jas yang di kenakan oleh delvan, delvan tidak peduli dengan panggilan Joan dan masih sibuk menggenggam dan mengusap tangan elvino agar anak itu tetap hangat.
"Daddy", ucap Joan sekali lagi, dan sama saja tidak ada sedikitpun respon dari Delvan, Joan yang kesal pun langsung meremas jas yang di pakai Delvan sampai-sampai Jas itu lecek di buatnya.
Joan menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya kasar, ia kembali mencoba dengan mendekati Delvan dan duduk menghimpit ke tubuh Delvan, "Daddy", ucap Joan lagi sembari menempatkan kepalanya di pundak Delvan yang lebar, Delvan yang ingin menghangatkan elvino menjadi terganggu karena Joan.
Tanpa berkata-kata sedikitpun delvan langsung mendorong tubuh Joan tidak terlalu keras karena ia takut membangunkan elvino yang berada di pangkuan nya.
"Hiks Daddy kok tega dorong-dorong Joan, tangan Joan sakit dad", ucap Joan dengan air mata yang mulai keluar dadi matanya, delvan tidak mengubris air mata buaya Joan dan memilih menenangkan elvino yang sedikit terganggu tadi.
"Daddy Joan daritadi panggil-panggil Daddy loh, kenapa Daddy sama sekali tidak menjawab panggilan Joan", ucap Joan dengan tampang yang di buat sesedih mungkin jangan lupakan air nya yang masih terus keluar membasahi pipinya.
"Daddy~~", panggil Joan lagi.
"Bisakah kau diam, elvino terganggu karena kau terus berbicara dengan mulut sampah mu itu", balas delvan Sarkas, ia sudah sangat kesal mendengar ocehan tidak bermutu dari anak kurang belaian di sampingnya ini.
"Kenapa selalu El yang Daddy sayang, Joan kapan, Joan juga mau seperti elvino di pangku Daddy", ujar Joan dengan suara yang cukup keras sekarang, sengaja agar elvino bangun dari tidurnya dan turun dari pangkuan Delvan agar ia bisa naik ke sana.
"Diam", ucap delvan dengan nada yang sangat di tekankan sekarang, ia memperingati Joan agar tidak berbicara lagi, sungguh sekarang elvino terus bergerak gelisah karena suara dari joan, masalahnya kalau elvino sudah bangun ia akan terus merengek dan meminta susu, dan Delvan tidak mempunyai stok susu lagi karena sudah di berikan oleh aciel tadi, dan jarak ke mansion masih cukup jauh.
"Daddy Joan juga mau kayak El di pangku, kenapa Daddy tidak mengerti sih!", Teriak Joan dengan nada bentakan, ia sudah sangat kesal, langsung saja ia menarik tubuh elvino yang membuat tubuh yang sedang bergerak gelisah itu terjatuh ke samping untung tidak jatuh kedepan kalau iya bisa-bisa kepala elvino terbentur oleh bangku di depan.
"Apa yang kau lakukan", kesal delvan dan langsung mengambil tubuh elvino kembali ke dalam pangkuannya, dan benar saja mata kucing elvino sudah terbuka lebar dengan air mata yang sudah membendung di peluk matanya siap untuk di tumpahkan.
"Huaaa Daddy tangan El sakit huaaa hiks hiks cakit", tangis elvino pecah ia memegang lengan atas nya yang terkena besi, ia tidak terlalu tahu besi apa itu yang terpenting sekarang tangan nya sangat sakit, delvan yang panik pun langsung menurunkan baju Elvino sedikit dan benar saja lengan atasnya sudah membiru, kulit elvino memang sangat sensitif ia terbentur sedikit saja pasti langsung membiru atau lebih parahnya berdarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVINO
Teen Fictionelvino Alexander pemuda imut dan cukup tampan tetapi karena keimutan nya lebih mendominasi menjadikan ketampanan nya terhalangi, walaupun memiliki wajah yang imut, badan yang mungil dan sangat baby face bahkan orang mengira ia adalah anak yang baru...