BAB 39 : JELEK

709 149 17
                                    

"Apa ini perlu?"

Tommy menatap pantulan dirinya dengan Elios dan Lunar dalam wujud manusianya tentunya.

"Yah, karena cara berpakaian Anda terlihat aneh dimata para manusia, Tuan." Ujar Elios yang menjelaskan agar Tommy menurut.

Tommy mendesah paruh. Dia tidak bisa menolaknya jika seperti ini. Jika sudah menyangkut Masternya dia akan melakukan apa pun.

Dilain sisi Tommy yang pasrah bersama Elios dan Lunar. Sedangkan Arabella yang sibuk bersiap-siap. Bahkan para pelayan mungkin ada sepuluh orang di kamar Arabella hanya untuk persiapan dirinya hadir di perayaan hubungan dua negara yang terkenal sudah menjadi musuh bebuyutan sejak dulu.

"Tuan Putri, harus memakai ini."

"Kita kekurangan mawar disini."

"Apa kita masih punya ekstra pita?"

"Tuan Putri tolong tegakkan tubuh Anda."

Arabella yang hanya melihat para pelayan berhamburan kesana kemari saja sudah pusing. Ditambah dengan korselett yang sangat ketat ini. Arabella bahkan tidak bisa bernapas dengan leluasa.

Terkutuk kau penemu korselett.

"R-Raya." Ucap gadis yang sedang berusaha bernapas normal disini.

"Nona, Anda terlihat sangat cantik. Saya yakin kecantikan Anda bisa memikat pria mana pun!"

Raya, bukan, bukan itu maksud ku.

Raya membuka pintu kamar Arabella. Menampilkan lelaki bersurai pirang keemasan yang berpakaian sangat rapi dengan jas berwarna putih, dan juga sebuah pin berlambangkan bintang utara dipasang di dada kirinya. Seingatnya surai pirang keemasan itu sangatlah panjang. Tapi apa yang dia lihat itu telah dipotong rapi sekarang. Seperti penampilan seorang pria teladan pada umumnya. Bahkan tanda di dahi nya tiba-tiba menghilang.

"Tommy?" Ucap Arabella mendekat memperhatikan lekat penampilan Tommy yang baru di matanya.

"Selamat malam, Bella." Tommy tersenyum yang berhasil membuat lelaki itu terlihat bertambah manis dimata Arabella.

"Ya, selamat malam. Aku tidak mengira akan melihat mu malam ini." Ucap Arabella yang masih kagum dengan wujud manusia Tommy.

"Ya, aku juga. Jadi,..." Tommy menawarkan tangannya. "Bisakah aku menjadi pasanganmu malam ini, Bella."

Arabella terkekeh mendengar dan menerima uluran tangan itu. Arabella dan Tommy saling tidak memakai sarung tangan. Ini membuat Arabella tau bagaimana rasa permukaan tangan lelaki itu. Sangat halus dari yang dia bayangkan.

"Tangan mu sangat halus, Tom."

"Senang mendengarnya."

"Hei, ini terasa seperti bukan kau saja. Dimana kucing oren ku yang narsis itu, hm?" Menatap Tommy dengan menggerakkan alisanya naik turun.

Tommy segera membusungkan dadanya dan menyibak rambutnya kebelakang.

"Bagaimana? Apa aku... Semakin tampan?"

Dengan ucapannya yang bernada sombong dan kepercayaan dirinya membuat Arabella tertawa lepas melihat tingkah konyol Tommy.

"Hahaha, kenapa sih kucing manis ku bisa setampan ini, hmm?" Seru Arabella mencubit kedua pipi Tommy karena gemas.

Mereka berdua saling tertawa. Bahkan para pelayan yang berada di kamar Arabella juga menonton interaksi kedua nya. Para pelayan juga awalnya tidak tau siapa lelaki itu hingga Raya menjalankan jika itu adalah wujud manusia dari familiar Arabella.

Ketampanan yang Tommy punya membuat orang merasa kagum sekaligus iri. Bahkan aroma tubuh yang Tommy punya seakan menenangkan jiwa mereka. Senyuman yang lelaki itu punya seakan seperti sinar matahari yang menghangatkan hati bagi siapa pun yang melihatnya.

Mereka tau Tommy itu familiar Arabella, tapi tetap saja. Melihat interaksi mereka berdua membuat para pelayan semakin menjerit kesenangan melihat interaksi mereka berdua yang sangat dekat. Mengingat jika Arabella hanya berinteraksi dengan keluarga kekaisaran saja selama beberapa tahun terakhir.

"Apa kau pikir hari ini ada kue coklat?" Tanya Arabella menggandeng tangan Tommy menuju tempat dimana keluarga Aldrich sedang menunggu nya.

"Apa di otak mu hanya ada kue coklat Bella?"

"Yah... Tidak juga sih."

Tiba-tiba Arabella berhenti melangkah membuat Tommy yang menggandeng tangan gadis itu harus ikut berhenti juga.

Tommy berbalik. "Ada apa? Apa kau gugup?" Tanya Tommy melihat diamnya Arabella yang malah menggenggam tangannya semakin kuat.

"A-aku, aku ingin menangis. Entah kenapa?" Cicit Arabella mendongak menatap Tommy dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

"Tom, apa kau yakin tidak tau siapa itu Thomas? Apa kau tidak bisa membantu ku untuk bertemu pria itu?" Lirih Arabella yang kembali mengingat kenangan selepas dia melewati portal itu sebelum bangun. Arabella mengingat kenangan bocah berusia dua tahun yang menyebut dirinya sendiri sebagai Thomas.

Tommy mengusap air mata Arabella dengan jempolnya.

"Shttss, jangan menangis. Kau semakin jelek saat menangis tau."

"Orang kalau lihat orang lagi nangis tuh dihibur. Bukan malah diejekin, ish! Tommy mah." Eluh Arabella membuang wajahnya.

Tommy terkekeh melihat tingkah Arabella yang sedang kesal, seperti anak kecil.

"Ayolah, aku hanya bercanda."

"Jadi, aku cantik? Ayo puji aku cantik!" Seru Arabella semangat karena ingin mendengarnya dari mulut Tommy.

"Kau jelek."

"Apa?!"

"Kita harus cepat. Keluarga mu pasti sudah menunggu mu."

Ketika Tommy ingin menarik tangan Arabella. Gadis itu malah menahannya, dan menatap tajam lelaki bersurai pirang keemasan itu.

Tommy hanya bisa mendesah paruh setelah mendengar gumaman tidak jelas dari mulut Arabella, dan jangan lupakan aura gelap yang gadis itu buat.

Tommy mendekat dengan tangan yang sudah hendak melingkar dipinggang Arabella, tapi Arabella dengan cepat tahan.

"Mau apa kau?!" Arabella menatap Tommy tidak suka.

"Jika kau tetap menggerutu disini. Kita akan terlambat. Jadi aku pikir menggendong mu lagi tidak akan menjadi masalah."

Mendengar penuturan Tommy membuat Arabella berpikir sebentar.

Tunggu, menggendong aku, lagi?

Arabella langsung menepis tangan Tommy dan berjalan cepat meninggalkan lelaki itu.

"Oi! Cepat jalan nya. Katanya telat nanti." Seru Arabella yang bisa Tommy lihat dari belakang kedua telinganya memerah.

Tommy tersenyum lebar mengetahui itu, dan mengejar langkah Arabella yang terdengar kasar di sepanjang lorong ini.

"Tunggu, Bella. Jika kau berjalan seperti itu--"

"Akh!"

"Kau akan jatuh. Sudah aku bilangkan." Ujar Tommy dengan sekali kedipan mata dia berhasil menopang tubuh Arabella sebelum jatuh menyentuh lantai istana.

Arabella memukul dada lelaki itu cukup keras hingga berbunyi.

"Uhuk!"

"Bodoh! Salah siapa aku seperti ini, hah?!"

"Hah? Itu kan kesalahan mu sendiri."

"Itu salah mu tau!" Pekik Arabella tepat di telinga Tommy yang membuat telinga lelaki itu berdengung, dan butuh beberapa saat kembali normal.
.
.
.
suka sama interaksi mereka berdua tolong, aakkhhhhh!!!!!

Author kek para para pelayan deh yang jerit kesenangan ngelihat interaksi mereka berdua 😭

Gemes, pengen Bella inget semuanya, kan ga adil cuma Tommy aja yang inget semuanya 😭

Kasihan telinga Tommy 🤣 tuli ga tuh, haha

Okay see you next chapter 👋😽

Aku... Tuan Putri?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang