BAB 44 : MENIKAH?

863 161 24
                                    

Bulan terlihat tersenyum manis malam ini. Langit yang begitu gelap membuat bulan dan bintang terlihat lebih mencolok. Suasana malam yang begitu tenang dengan hewan malam yang sedang beraktifitas dari balik kegelapan hutan. Serangga yang berterbangan kesana kemari tanpa sadar menjadi saksi bisu pertemuan mereka berdua.

Bisa dia lihat seorang lelaki yang berdiri tegak mendongakkan kepalanya dan memejamkan matanya menikmati angin malam, ditambah beberapa kunang-kunang berterbangan disekitarnya.

Pemandangan yang membuat siapa pun membeku diam dan melihat bagaimana pantulan mereka berdua tercermin dari permukaan danau.

"Bell, apa itu kau?" Ucap lelaki itu menggangkat kelopak matanya, menampilkan netra merah ruby yang begitu mengagumkan.

Arabella hanya terpaku diam. Hari ini adalah janji mereka berdua akan bertemu kembali. Tidak sulit meminta izin dari Mark. Lelaki itu beruntungnya mengerti dan tak bertanya lebih jauh lagi. Melihat betapa khawatirnya Aileen kepadanya membuat hatinya terasa menghangat. Perasaannya sebagai putri Aileen memang tidak bisa dibohongi. Meskipun wanita itu disibukkan oleh tugasnya sebagai tangan kanan Arion, tapi dia masih menyempatkan waktunya dengan Arabella.

"Ya Hans, ini aku. Aku datang sesuai janjimu."

Angin malam berhembus, mengisi kekosongan diantara mereka berdua. Bisa Arabella lihat bagaimana surai hitam legamnya itu terlihat berantakan. Terlebih lagi surai Hans terlihat lebih panjang sekarang.

Arabella bisa melihat dari balik rambutnya yang berantakan itu terlihat kantung mata yang terlihat lebih hitam dari yang dia pernah ingat.

"Berapa hari?"

Hans menatap Arabella diam.

"Berapa hari kau tidak tidur kali ini?"

"Mungkin... lima atau tujuh hari?"

Arabella mendesah paruh. Gadis itu berkacak pinggang menatap Hans tidak suka.

"Sudah aku katakan berulang kali bukan. Kau tidak bisa berkencan dengan setumpuk dokumen itu setiap hari. Kemari dan biarkan aku bersenandung untukmu." Ucap Arabella mengulurkan tangannya dan dengan patuh Hans mendekat dan menerima uluran tangannya itu, tapi sesuatu menyengat tangannya.

"Akh!!!"

Hans mengibaskan tangannya dan menatap tangan Arabella yang terlihat ada bekas percikan listrik disana.

"Oh?" Arabella menatap telapak tangannya. "Maaf, aku tidak mematikannya. Mungkin kakak berpikir kau ingin berbuat jahat pada ku."

Hans hanya diam dan kembali mencoba menerima uluran tangan itu. Sekarang Hans bisa merasakan lembutnya tangan Arabella bukannya sengatan listrik lagi.

Arabella dengan cepat dan tanpa rasa malu menyentuh sisi wajah Hans. Wajahnya terasa lebih hangat dari biasanya.

"Hm, hmm... Hmm, hm, hm. Hm, hmm... ."

Arabella mulai bersenandung dan menyalurkan rasa nyaman dari setiap sentuhan yang dia berikan. Itu berhasil membuat Hans memejamkan mata. Menikmati setiap usapan yang Arabella berikan padanya.

Hans merendahkan tubuhnya, dan menyandarkan kepalanya dibahu Arabella.

"Hans, apa kau lelah?"

"Hm, ini melelahkan, Bell." Gumam Hans disela ceruk leher gadis itu.

Arabella mengelus surai yang sebelumnya berwarna sama sepertinya dulu.

"Yah, kau bisa beristirahat malam ini. Aku akan bersenandung sampai kau merasa bosan."

Hans terkekeh mendengarnya. "Aku tidak akan pernah merasa bosan dengan senandungmu itu, Bell. Tidak akan... ."

"Yah, aku tau."bahkan Tommy selalu memelukku erat saat tau jika aku berhenti bersenandung atau sekedar mengelus kepala atau punggungnya.

Aku... Tuan Putri?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang