Arabella gadis periang, pemberani yang berjiwa petualang. Gadis bersurai hitam legam dengan sedikit berombak itu sedang berlari mencari tempat sembunyi terbaik yang dia bisa.
Arabella kecil dengan mata bulat nya dengan ciri khas mempunyai dua tahi lalat kecil di bawah salah satu matanya. Gadis kecil itu menemukan tempat persembunyian terbaik yang pernah dia temukan.
Srek! Srek!
Daun yang saling bergesekan karena seorang anak laki-laki sedang mencari temannya. Anak laki-laki bersurai merah crimson itu sedang menjadi penjaga di permainan petak umpet yang sedang mereka mainkan.
Hingga hanya tertinggal Sang Tuan Putri, Arabella bersembunyi dengan sangat baik. Karena merasa bosan tidak segera di temukan Arabella tertidur pulas di balik dinding putih. Tempat berbentuk persegi pajang berwarna putih dengan patung malaikat yang berdiri disekitarnya. Arabella bersembunyi di dalam peti mati porselen yang sudah di makan waktu dan dia tertidur di dalamnya.
"Tuan Putri saya menyerah. Anda bisa keluar sekarang." Seru bocah laki-laki yang sudah menyatakan kalah. Tapi tak ada sautan sama sekali. Mereka berempat mengira jika Arabella pasti mengira mereka sedang berbohong dan memutuskan terus bersembunyi.
"Tuan Putri!"
"Tuan Putri keluar lah. Anda pemenangnya!"
Semua anak mencarinya sembari memanggil namanya. Salah satu dari si kembar Blackburg mendatangi mereka.
"Kalian sedang bermain apa? Dimana Tuan Putri?" Tanya langsung karena tak menemukan gadis bernetra amethyst dimana pun.
Salah satu dari mereka berkata jika mereka sedangg bermain petak umpet dengan Arabella, tapi Arabella terlalu baik dalam bersembunyi, bahkan sampai mereka semua mencarinya.
"Hm, itu berarti Tuan Putri yang memenangkan game ini. Tuan Putri, Anda pemenangnya. Anda boleh keluar sekarang!" Teriak Varden Blackburg, tapi tak mendapatkan sautan sama sekali.
Akhirnya Varden memutusnya sembunyi-sembunyi mengunakan sihirnya. Melihat kesana kemari, dan dia akhirnya bisa menemukan Arabella yang seperti dalam posisi berbaring, mungkin? Dia tidak bisa melihat secara jelas, tapi dari siluet nya, Arabella sepertinya sedang tidur.
Vander tersenyum tipis mengetahui dimana Arabella berada. Mungkin Arabella sudah mulai merasa lelah dan mengantuk. Beruntungnya dia menemukan tempat persembunyian yang baik.
"Anak-anak bukan kah ini sudah jam makan siang kalian. Kalian pasti lelah mencari Tuan Putri. Biar aku saja yang mencarinya, kalian bisa beristirahat." Ucap Vander ramah yang segera mendapatkan anggukan dari mereka bertiga.
Melihat mereka bertiga sudah pergi menjauh segera Vander melangkah mendekati jalan setapak yang perlahan termakan oleh alam. Semilir angin yang berhembus menerbangkan surainya. Langkah kaki nya yang membawanya seperti sebuah pavilum, tapi bukan itu tujuannya. Sebuah tempat yang terlihat seperti kuil sederhana berukuran sedang dengan patung para malaikat yang berjajar rapi dengan posisi setiap patung yang berbeda-beda.
Varden mencoba merasakan keberadaan Arabella dengan aliran mana sihir yang mengudara di sekitarnya. Varden bisa merasakan keberadaan gadis itu. Dia berada di dalam peti mati poselen yang sudah berumur, yang beruntungnya itu hanya tertutup setengah.
Melihat Arabella yang tertidur nyenyak dengan deru napas yang beraturan. Melihat paras gadis imut itu membuat hati Varden berbunga. Varden membuka peti mati itu lebih lebar dan menggendong Arabella di pundaknya. Memeluk gadis yang masih dengan aman dan nyaman.
Varden berjalan dengan santai. Pakaian formal khas pengajar academy Xavier yang menjuntai, dan juga tato khas yang keturunan Blackburg miliki seperti sedang mengintip disela krah nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku... Tuan Putri?
Fantasy"A-aku... Siapa? Arabella?" Hans, karakter second lead di 'Darah Kaisar' yang aku sukai tidak punya happy ending yang aku inginkan. "Gimana kalau kamu aja yang buat Hans bahagia?" Pertanyaan itu langsung aku iyakan dan siapa sangka aku menjadi putr...