BAB 2 : ARABELLA ALMORE DE ALDRICH

3.8K 506 4
                                    

Laras terbangun dan menatap langit kamar nya terlihat aneh. Terlihat langit masih gelap. Yap, Laras adalah seseorang yang tidak bisa tidur jika lampunya menyala.

Laras melihat kesana kemari, tapi cahanya yang masuk terlalu minim. Dia memutuskan bangun dan duduk sejenak. Dia menyadari sesuatu yang terasa aneh disini. Rambutnya.

"Seingat ku, rambut pendek ku, kenapa panjang?" Batin nya dengan menatap beberapa helai yang menjuntai. "Dan apa-apa tangan kecil ini?"

Dia membuka selimutnya nya dan turun dari kasur. Kaki telanjang nya merasakan seberapa lembutnya karpet yang dia punya.

Mendengar alunan musik dari luar memuatnya penasaran. Seingatnya tidak ada yang punya hajatan di dekat rumahnya.

Laras memutuskan mendatangi sumber suara itu. Melangkah dengan kaki telanjang nya. Melewati jendela-jendela yang lebar dengan patung dan vas berdiri di sepanjang lorong. Semuanya terlihat aneh di dimatanya.

Apa ini yang namanya lucid dream?

Semuanya terlihat sangat tidak nyata di depan matanya. Bahkan perasaan biasa saja bisa dia rasakan.

"Uhh, pen pipis, tapi males, tapi nanti ngompol di kasur gimana?"

Laras yang berhenti memegang perutnya dan menoleh ke sebelah kirinya. Dia melihat taman kecil di samping lorong. Tepat di balik jendela kaca besar dia bisa melihat siluet seseorang yang sedang memunggunginya.

Siapa?

Laras menyipit kan matanya. Dia melihat jika itu pun hantu dia bisa lari, lagi pula ini hanya sebuah mimpi.

Remang-remang cahaya bulan yang tertutup awan masih belum cukup membantunya. Laras melangkah mendekati jendela kaca itu. Melihat siapa siluet seseorang.

PRANGG!!!

Terdengar cukup keras bunyi sesuatu yang pecah. Laras berbalik mendapati ternyata dia tidak sendiri. Seseorang berpakaian pelayan berwarna hitam putih dengan menatap tidak percaya.

Siapa?

Itu kata yang sering dia keluar kali ini, dan dimana dia sebenarnya. Ruangan ini, arsitektur yang nampak kuno. Dia seperti berada di abad pertengahan.

Pelayan itu mundur beberapa langkah dan berlari sembari berteriak.

"Y-yang Mulia. Yang Mulia! Tuan Putri sudah bangun! Yang Mulia!"

Laras menatap nya bingung. Dia lari seperti habis melihat hantu. Memang dia hantu apa?

Laras kembali menjelajah. Dia kembali berbalik dan tak menemukan siluet orang yang dia cari tadi. Langkah kaki nya tanpa sadar membawanya melewati taman. Melewati patung-patung yang perlahan warna nya memudar.

Seekor burung hantu menatap Laras dari salah satu cabang pohon. Pohon tak bernama itu menatap lekat ke arah Laras yang terus berjalan mengikuti sumber suara. Mata bulatnya nya bersinar di dalam kegelapan terus memperhatikan gerak gerik Laras.

"Hahaha."

"Itu tidak mungkin benar."

"Heee, lihat siapa yang pemalu disini."

Tawa, obrolan ringan yang diselingi candaan dapat Laras dengar. Semakin dekat. Dia sudah semakin dekat. Bahkan cahaya terasa semakin terang. Laras semakin dekat hingga dia bisa melihat sebuah pesta. Sebuah pesta cukup besar yang di adakan di luar ruangan. Cahaya yang dia lihat itu berasal dari bongkahan kristal yang melayang dan tersusun rapi di udara. Kue, dan makanan yang nampak sangat mengiurkan membuat Laras ingin mencicipinya.

Laras bisa melihat orang-orang tak mempedulikan nya. Sibuk dengan obrolan mereka masing-masing. Laras masih berdiri cukup jauh dari pesta. Berdiri di antara semak-semak dengan pohon tak bernama yang dia pegang.

Aku... Tuan Putri?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang