Malam Minggu up malam dong yeah!!!!
Cuss langsung baca😽
~~~
Ini adalah hari yang tidak pernah Arabella banyangkan. Dari sekian perkiraan yang ada siapa sangka jika dia harus duduk dengan secangkir teh yang mengepul di depan nya. Ditemani seorang lelaki tua bernetra amethys. Arion, kenapa dia mengajak nya minum teh?
"Apa kau tidak suka teh?" Tanya Arion menyesap teh nya dan menatap cucu nya.
"Emm... Bella suka kok, tapi teh nya masih panas, jadi Bella tunggu sebentar teh nya mendingin, hehe."
Sepertinya dia sekarang tau perasaan Aileen sewaktu pertama kali minum teh bersama Arion. Ini sangat canggung dan dia merasa tertekan disini. Seseorang, siapa pun, siapa saja tolong keluarkan dia dari suasana canggung ini.
Arion kembali diam tak bersuara. Dia pikir mengajak cucunya minum teh makan beberapa cookies akan baik. Tapi jika di lihat Arabella hanya diam. Dia tenggelam dalam lamunan nya sendiri.
"Bella."
"Ah! Iya? Iya kakek ada apa?"
Lihat dia terlalu banyak pikiran.
Arion menggoyangkan cangkir nya. Menatap pantulan di dalam nya. "Kau masih kecil. Jangan masukan perkataan mereka. Aku akan menghukum para pelayan itu, dan memotong lidah mereka agar tidak sembrono membicarakan keluarga Aldrich."
Arabella mendongak. "Tidak! Kakek itu berlebihan. Aku tidak apa, sungguh!"
Arion mendesah paruh. Sungguh jika saja cucu pertama nya itu tidak tidur panjang dan beraktifitas seperti gadis umum nya dia bisa menebak di tahun ini. Di umur Arabella yang ke-20 Arion yakin sudah berapa banyak undangan permintaan pertunangan yang menggunung. Arion juga bisa membayangkan bagaimana Arabella beranjak remaja masuk ke academy.
"Kenapa tidak?" Ucap Arion dengan santai.
Arabella berusaha meyakinkan Arion agar tidak menghukum para pelayan yang suka bergosip akhir-akhir ini, dan apa yang Arion lakukan kah adalah pengurangan pelayan di istana bagian dalam dan mengancam mereka secara langsung.
"Kakek sudah lah. Aku tidak apa-apa. Ada Tommy disamping ku. Tommy selalu menghibur ku."
"Sepertinya tempat kakek di ambil kucing oren tidak tau diri itu ya. Kakek sedih." Lirih Arion berakting sedih mengusap sudut matanya yang terasa berair.
"TIDAK! KAKEK TETAP YANG NOMOR SATU! BELLA SAYANG KAKEK AR!" Seru Arabella yang melihat sudut bibir Arion terangkat.
"Nah, kakek mu ini memang yang terbaik kan."
Aku merasa dipermainkan di sini.
Arabella bertanya-tanya. Bagaimana? Bagaimana bisa wajah Arion tidak berubah banyak. Sama seperti ilustrasi yang di dalam novel cantumkan. Lelaki bersurai hitam legam sama seperti milik nya dengan netra amethyst yang sama sepertinya, tapi dimana wajah yang sudah keriput itu? Apa semua keturuan Aldrich itu awet muda?
Arabella yang sebal dan bergumam tidak jelas mengambil garpu kecil nya dan mulai mengambil sepotong kue coklat yang tersaji sangat mencolok dimatanya.
Ini lezat sekali.
Arion dapat melihat bayangan Aileen kecil yang dengan rakus memakan kue coklat itu. Mungkin ini rasa saat dia melihat Aileen kecil yang tidak dibersarkan olehnya.
"Kakek mau?" Tawar Arabella menunjuk piring kosong dimana kue coklat itu berada.
"Tidak, itu tidak baik untuk ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku... Tuan Putri?
Fantasy"A-aku... Siapa? Arabella?" Hans, karakter second lead di 'Darah Kaisar' yang aku sukai tidak punya happy ending yang aku inginkan. "Gimana kalau kamu aja yang buat Hans bahagia?" Pertanyaan itu langsung aku iyakan dan siapa sangka aku menjadi putr...