"Ahh, aku pasti diusir dari rumah."
"Aku juga. Kenapa tes nya sangat sulit?!"
Arabella bisa mendengar semua keluhan itu. Gadis itu berjalan dengan leluasan di lorong academy. Suasana terasa cukup tegang saat ini. Semua orang sedang berusaha keras agar tidak mendapatkan nilai merah di semester awal ini.
"Aku merasa gagal Mary." Keluh Rea yang memeluk Mary Knox. Mary yang tau juga merasakannya. Dia balas memeluk gadis bernetra diamond itu. Theresa yang hanya melihat mendesah paruh.
Theresa menoleh dan langsung tersenyum cerah.
"Bella!"
"Hai, bagaimana tes terakhir kalian hari ini?"
Arabella bertanya karena melihat hidung Rea yang sedikit memerah. Rea melepas pelukannya. Kami berempat selama setahun terakhir ini mulai dekat. Setidaknya sampai saat ini identitasnya belum terbongkar Arah bisa bernapas lega dan bisa fokus ke ujian. Jangan lupakan Aileen juga sering kali mengajak Arabella minum teh bersama, sekedar menghabiskan waktu ibu dan anak.
"Hancur. Hancur sudah. Seharusnya aku yakin menjawab A, kenapa aku menjawab B tadi." Keluh Rea yang tidak terima dan berharap waktu bisa berputar kembali.
"Aku yakin Nona Rea pasti bisa mendapatkan nilai bagus seperti biasanya." Puji Arabella yang membuat gadis itu diam dan kembali bersemangat sedikit.
Putri dari Ash itu unggul dalam kelas sihir, sedangkan Theresa unggul dalam kelas kesatria nya, dan Rea yang unggul dalam bahasa dan sejarah. Arabella ditengah-tengah orang yang berbakat. Betapa tertekannya dia setiap hari.
"Benar, ini hanya tes ini.... Ini bukan sekedar tes biasa. Bagaimana jika aku gagal di kelas aritmatika? Bagaimana jika ku bla bla bla... ."
Arabella bergegas menutupi kedua telinganya, begitu pun juga Theresa. Mary yang paling dekat Rea mendapatkan dampaknya. Jika Rea sudah mulai cerewet tidak ada seorang pun yang bisa menemukannya.
"Bella!"
Ups, dia salah. Sepertinya ada satu atau lebih yang bisa.
Rea langsung diam dan menoleh ke sumber suara. Gadis yang masih nampak belia dengan surai putih keperakannya yang dia ikat ekor kuda mendayu-dayu saat dia berjalan mendekat.
"Semoga berkah matahari selalu melindungi Anda, Tuan Putri."
Siapa lagi adiknya yang paling bersemangat jika bukan Alexa. Mereka semua juga ikut memberi salam hormat kepada Alexa. Rea yang sejak tadi tidak bisa diam kini akhirnya diam menatap penuh binar Alexa. Alexa dan Aidan sepertinya menjadi primadona academy di era ini.
"Apa kau sibuk sore nanti?"
Semenjak insiden pertemuan di belakang academy itu kami semakin dekat karena Marvin. Maniak sihir itu sengaja mempertemukan mereka berdua. Entah itu sengaja, atau tidak.
"Maaf Tuan Putri, tapi saya--"
"Sudah diputuskan kita akan kencan sore ini!" Pekik Alexa senang merangkul Arabella. Arabella ingat harus lulus tes dari maniak sihir itu dulu baru hari ini nya bisa tenang.
"Emm, tapi Tuan Putri saya masih ada satu tes yang belum terselesaikan."
Alexa yang mendengar itu jelas tau yang dimaksud Arabella. Alexa mengepalkan tangan nya menahan amarah. Arabella bisa melihat adik nya itu sedang menahan amarah. Semenjak setahun yang lalu kami menjadi teman dekat, dan siapa sangka jika itu juga karena maniak sihir. Alexa tau jika dirinya ini menjadi anak didik maniak sihir itu. Karena rasa penasaran Alexa mereka jadi dekat.
"Aku akan memukul 'DIA' untuk mu, tenang saja."
Arabella bisa membayangkan bagaimana maniak sihir itu terkapar karena pukulan Alexa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku... Tuan Putri?
Fantasy"A-aku... Siapa? Arabella?" Hans, karakter second lead di 'Darah Kaisar' yang aku sukai tidak punya happy ending yang aku inginkan. "Gimana kalau kamu aja yang buat Hans bahagia?" Pertanyaan itu langsung aku iyakan dan siapa sangka aku menjadi putr...