BAB 33 : HADIAH

869 176 16
                                    

Ujian terakhir pada akhirnya Arabella ambil lebih cepat dari yang dia kira. Setahun setelah Mark mengetahui tentang Arabella yang sering keluar masuk istana. Arabella dihukum selama musim panas hanya boleh berada di istana bagian dalam. Entah apa yang Arabella lakukan terserah, tapi yang terpenting dia tidak boleh keluar dari istana bagian dalam.

Mengetahui itu tentu saja Aidan menyinggung senyuman meremehkan, dan sedangkan untuk Alexa gadis itu senang bisa menghabiskan waktu bersama Sang kakak di musim panas ini.

"Apa ada lagi?"

Arabella duduk merentangkan tubuhnya ke atas setelah duduk selama beberapa jam hanya untuk mengerjakan tes tulis. Begitu pun Aidan dan Alexa. Mark menyarankan mereka bertiga mengambil tes bersamaan.

Arabella melihat Marvin tergelak tak berdaya di atas meja menjadi pengawas mereka. Bahkan kantung matanya bisa Arabella lihat denagn sangat jelas. Melihat kondisi Marvin membuat Arabella mengingat bagaimana kondisi Marvin yang tiba-tiba dipanggil ke istana, dan dimarahi oleh Mark, Aileen, dan Arion.

Arabella ingat wajah jelek penuh luka lebam yang menghiasi wajah Marvin. Sangat menghibur dirinya yang saat itu kondisinya masih transparan.

"Oi, maniak sihir." Panggil Arabella yang mendapat tatapan tajam dari Marvin.

"Jangan panggil aku maniak sihir."

Semenjak dia menjadi pengajar mulai dari Arion hingga Arabella sekarang panggil itu serasa sangat melekat pada dirinya. Itu seperti hubungan antara tulang dan otot. Tidak bisa terpisahkan.

"Maniak sihir, maniak sihir, maniak sihir, maniak sihir, maniak sihir, maniak sihir, maniak...." Alexa malah semakin gencar mengejek Marvin yang tidak berdaya untuk mengelaknya lagi. Bayangan Mark yang sedang marah terus membayangi Marvin. Malaikat itu sangat menyeramkan dari yang dia ketahui.

"Hmm... Bagaimana, kalau, kalau... Kakek--"

Perkataan Arabella lekas dipotong oleh Marvin. "Yah, itu, itu lebih baik dari pada maniak sihir. Kalian ini Pangeran dan Tuan Putri, dimana letak sopan santun kalian kepada yang lebih tua!"

"Tapi, kata ibu kau tidak pantas diberi sopan santun dari kami." Seru Alexa yang membuat Marvin membelalak. "Itu karena kau kakek mesum, tidak tau umur, suka seenaknya sendiri, dan..." Mata Alexa menatap Aidan yang duduk disampingnya.

"Dan kau sudah bau tanah."

Perkataan Aidan barusan membuat Marvin diam seribu bahasa seketika. Apa menjadi tua itu salah? Lagi pula dirinya ini awet muda, lihat saja wajahnya yang tidak seperti kakek-kakek diluar sana. Dia punya kulit yang masih kencang.

"Haha, Zidan."

Arabella tidak bisa menahan tawa melihat Marvin yang sudah menyerah dan tersudut oleh mereka bertiga.

Setelah tes tulis itu mereka bertiga memutuskan keluar dari kantor Marvin disulap menjadi tempat tes sekejap karena permintaan dari Arion juga tidak ingin ketiga cucu nya berlama-lama di academy. Lagi pula bisa Arion tebak disana mereka bertiga lebih banyak bermain dari pada belajar.

Selama setahun ini juga Arabella bisa dipastikan bisa dihitung dengan jari berapa kali dia ke academy, dan begitu sampai dia di academy pasti Aidan dan Alexa akan selalu menemaninya kemana pun. Seperti induk dan anak bebek yang sedang berjalan. Jika Aidan dan Alexa tidak lebih tinggi darinya itu akan terlihat sangat lucu.

"Kakak ingin apa?" Tanya Aidan tiba-tiba bertanya.

"Hmm, aku ingin... Tidak ingin apa-apa. Lagi pula kita bisa mendapatkan apa pun dengan kondisi seperti ini."

+

Arabella Almore de Aldrich.

Tuan Putri pertama yang memiliki pengetahuan yang sama seperti Aileen. Renkarnasi dari Sang penjaga.

Aku... Tuan Putri?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang