Beberapa orang mulai saling berbicara mengenai Arabella kembali berbaring itu. Melihat surai hitam legamnya itu benar-benar sudah berganti putih keperakan. Aura yang dia bawa juga terasa berbeda dari biasanya.
"Apa kau benar-benar menemukan Bella tergeletak begitu saja dibawah pohon?" Tanya pria yang satu-satunya bersuria hitam disini setelah umurnya lewat setengah abad.
Isabella mendesah paruh. "Ya, dia benar-benar tertidur begitu saja disana. Aku penasaran bagaimana dia bisa datang ke wilayah itu."
"Apa ada yang salah?"
"Ya, itu wilayah yang tidak semua makhluk bisa kunjungi. Aku dengar itu tempat yang sangat tertutup oleh dunia luar. Meskipun berada di luar tanah benua Adkavar ini membuatku bertanya-tanya. Apa Bella pernah keluar benua Adkavar?" Isabella menatap sang suami yang menggelengkan kepala sebgaai jawaban non-verbalnya.
"Lalu bagaimana dia bisa disana? Ini aneh, atau... ."
"Atau apa? Jangan menakut-nakutiku, Bell."
"Ini hanya kesimpulan ku saja atau mungkin dia memiliki hubungan dengan salah satu dewa?"
"Dari mana kau tau?" Arion membelalak karena dia ingat bagaimana Arabella menghilang karena Dewa Agung ingin berbicara denganya.
"Jadi itu benar." Isabella menoleh, menatap cucu pertamanya itu dengan seorang pria bersuria pirang keemasan yang dia tau siapa dia, tapi disini Isabella lebih memilih untuk diam dan membiarkan waktu yang menjawabnya.
Isabella tidak terkejut karena melihat Sang Penjaga yang datang dan selama ini menyamar menjadi familiar Arabella juga.
"Tommy." Lirih seseorang yang membuat semua orang yang berada di kamar Arabella membelalak. Gadis itu akhirnya bangun dan dengan mata sayu nya, dia menatap satu persatu orang.
"Oh? Kau? Kau seperti nenek Bella." Ucap Arabella yang dalam keadaan setengah sadar. Dia menggelengkan kepalanya dan menyipitkan matanya melihat wujud Isabella yang terlihat sedikit transparan dengan gaun menjuntainya dan parasnya yang menenangkan hati.
"Master, Anda tidak perlu bangun. Anda harus tidur."
"Tapi aku--"
Belum selesai mengatakannya, Arabella didorong paksa Tommy untuk berbaring dan lelaki itu menarik selimut hingga batas leher Arabella.
Melihat Tommy melototinya Arabella hanya bisa terkekeh melihat tingkah lucu lelaki itu.
"Kakek, nenek, bisa tinggalkan aku sendiri. Ada sesuatu yang harus aku bicarakan." Melihat Arion ingin menyela Arabella tersenyum. "Aku janji akan menjelaskan semuanya."
Mendengar itu Arion menghela napas dan menuruti keinginan Arabella. Hingga kamar ini hanya berisi kedua orang yang sudah bertemu jutaan tahun yang lalu.
"Tom--"
"ANDA KEMANA SAJA TADI?! SAYA BANGUN DAN TAK MENEMUKAN ANDA DISISI SAYA MASTER!"
"Tommy, tenanglah."
"BAGAIMANA SAYA BISA TENANG MASTER?!"
Melihat lelaki itu marah dan meneriakinya Arabella mengerti.
"Maaf, tapi aku harus mencari hadiah yang Aidan sembunyikan padaku."
"Tapi kan Anda bisa mengatakan atau meninggalkan pesan untuk saya."
Arabella tau maksudnya. Dia takut jika kali ini dia pergi meninggalkannya lagi.
"Thomas."
Tubuh lelaki itu menegang saat Arabella menyebut nama aslinya.
"Kenapa nada bicara Anda berbeda? Jangan mencoba meninggalkan saya lagi Master."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku... Tuan Putri?
Fantasi"A-aku... Siapa? Arabella?" Hans, karakter second lead di 'Darah Kaisar' yang aku sukai tidak punya happy ending yang aku inginkan. "Gimana kalau kamu aja yang buat Hans bahagia?" Pertanyaan itu langsung aku iyakan dan siapa sangka aku menjadi putr...