Kontrak darah

65 16 1
                                    

Menutup pintu kamar setelah itu menyuruh untuk Sara duduk di tempat tidur. Sirin berlutut di depannya seperti seseorang kesatria.

"Katakan kepadaku dengan jujur. Apa kamu masih takut bahwa aku akan menghilang begitu saja?"

Sara menatap sirin di depannya, dan menganggukkan kepalanya dengan lemah.

"... Aku tidak mau kehilanganmu lagi." Sara menundukkan kepalanya.

"Kau berusaha untuk menghapus ingatanku. Jika bukan karena senjata jiwa Liben, aku tidak akan mengingatmu sama sekali." Sara mengepalkan tangannya dengan kuat.

"Kau, sengaja bukan?" Mata sara berkaca-kaca seperti ingin menangis.

"KAU INGIN MENGHAPUS SEMUANYA! YANG SUDAH KAMI LAKUKAN BERSAMAAN! AKU TIDAK INGIN MELUPAKANNYA SAMA SEKALI!" Air mata mulai menetes dari wajahnya.

"Aku... Aku..." Sara mencengkram pergelangan tangan sirin dengan erat-erat.

"Jangan, tinggalkan aku lagi."

Melihat sara yang berada di depannya seperti anjing menyedihkan di tinggalkan pemiliknya. Tatapan sirin entah kenapa sedikit melembut.

Dia mengingat kembali perkataan Roland.

Sirin tersenyum kecil.

"Jadi, apa yang membuatmu bisa mempercayaiku?"

Sara mengangkat kepalanya, dan hanya menatap sirin dengan diam-diam.

Dia juga tidak tahu.

"Bagaimana kalau kita melakukan kontak darah?"

Menatap sirin yang tersenyum indah kepadanya. Sara tiba-tiba merasakan rasa sakit di ujung jari miliknya.

Melihat ke telapak tangannya. Entah sejak kapan ujung jarinya sudah berdarah, akibat sayatan pisau di tangan sirin yang sangat cepat.

"Aku akan melakukan kontrak."

Menggenggam tangan Sara dengan lembut, sambil mendekati mulutnya ke jari telunjuk berdarah milik Sara. Sirin menjulurkan lidahnya yang mungil, dan menjilatinya secara perlahan-lahan.

Sara: "!!!"

Menjilati jari telunjuk Sara yang terluka seperti seorang kucing manja. Lidah bewarna merah mudanya terus menjilati jari telunjuk sara dengan sangat lembut.

Indra perasaan jari telunjuk sara langsung diserang dengan rasa kehangatan yang sangat meleleh.

Punggung sara yang ramping kembali tegak seperti semula. Dia terus merasakan hantaran listrik yang lemah terus menjalar di sekitar tulang punggung belakangnya.

Hati sara juga tersetrum listrik secara perlahan-lahan.

Pipi sara yang pucat sedikit bewarna merah merona.

Sara tersenyum kecil secara tidak sengaja.

"Oke, sudah selesai."

Memisahkan lidahnya yang mungil dari jari telunjuk sara. Jembatan air liur yang tipis mulai putus di antara bibir sirin yang imut.

Tidak merasakan rasa perasaan yang sangat menggoda lagi di ujung jari miliknya. Sara entah kenapa merasa agak sedikit frustasi.

"Sekarang kamu sudah mempercayaiku?"

Sara hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan lemah.

"Bagus."

Bangkit dari tempat dia semulanya berlutut dan duduk di sebelahnya Sara. Sirin sengaja berbaring, dan Sara juga mengikutinya.

Rencarnasi menjadi gadis imut 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang