Anak adopsi

38 6 2
                                    

"Disini."

Masuk kedalam kamar yang ditunjuk oleh Lily. Sirin melihat dua tempat tidur bertingkat, ruangan bersih, perabotan sederhana, dan beberapa poster artis idola terkenal menempel di dinding-dinding ruangan dengan penasaran.

"Kamar ini dulunya pernah dipakai. Orang-orang akan tumbuh dewasa dan juga akan pergi dari tempat ini satu demi satu. maaf jika ini terlalu kotor."

Melihat kamar yang sangat bersih dan tidak berdebu. Bahkan mengecek di bawah bagian kasur sangat bersih, Sirin menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, kami malahan yang sangat merepotkan disini. Seharusnya aku yang meminta maaf."

Lily tersenyum lembut: "Tunggu sebentar, aku akan mengambil selimut cadangan di gudang."

Melambaikan tangannya kepada mereka bertiga dan menyuruh mereka untuk menunggu sebentar. Lily berjalan di lorong-lorong panjang, dan membuka lemari gudang secara perlahan-lahan.

"Lily."

Mengambil selimut lembut bewarna putih di tangannya. Lily berbalik, dan melihat seorang wanita paru baya, berambut kusam, berdiri di depan pintu gudang.

"Ah, bibi Tarasta, Ada apa?" Lily bertanya dengan sopan.

"Paspor Ivan sedang mencarimu barusan. Katanya ada pasangan suami istri yang ingin mengadopsi anak." Bibi Tarasta mengambil selimut yang berada di tangannya Lily.

"Serahkan saja teman-temanmu kepadaku. Kau urus urusanmu dahulu. Jangan biarkan paspor Ivan menunggu."

Lily mengerutkan keningnya: "Jam segini? Bukankah ini agak terlalu mendadak?"

Bibi Tarasta menggelengkan kepalanya: "Mereka sepertinya teman lama paspor Ivan. Mereka juga sepertinya ingin melihatmu."

Berjalan di lorong dan berhenti di jalan yang bercabang. Lily melihat bibi Tarasta sambil tertawa kecil.

"Bibi, aku tidak akan di adopsi. Aku milik panti asuhan ini." Lily tersenyum dengan main-main.

"Ya, kami semua tahu. Siapa juga yang mau mengadopsi anak yang sudah sebesar ini? Cepatlah pergi. Aku akan mengurus teman-temanmu."

"Hm, kalau begitu, aku bisa tenang. Sampai jumpa lagi bibi Tarasta."

Melambaikan tangannya dan berjalan terpisah dari bibi Tarasta, menuju ruangan kantor paman Ivan. Lily melihat hujan yang di luar sana, dan entah kenapa dia merasa sangat gelisah.

"Aneh, seharusnya ini sangat dingin. Kenapa tubuhku berkeringat?"

"Kakak lily~!!!"

Terdorong kedepan secara tidak sengaja, dan hampir saja jatuh. Lily melihat ke belakang, dan melihat Ana yang menempel di punggungnya dengan tidak ramah.

"Bukankah aku sudah beberapa kali mengatakan bahwa jangan mengendap-endap di belakangku lagi? Kamu masih belum belajar!?"

"Akak Lala, akit~"

Mencubit pipi Ana yang gemuk sampai puas. Lily melepaskannya, dan melihat ana, adik angkatnya, menggosok pipinya dengan sangat tidak nyaman.

"Jangan begitu lagi di masa depan. Itu bisa berbahaya. Bagaimana jika kakak berdiri di atas tangga? Nanti kamu juga bisa terluka!"

"Hm, hm." Ana memasukkan perkataan kakaknya dari telinga kanan, dan keluar dari telinga kiri dalam sekejap mata.

Melihat bahwa Ana masih menggosok pipinya yang kemerahan, entah kenapa Lily merasa agak bersalah.

"Sini, apakah masih sakit?"

Bisa merasakan bahwa kakaknya menggosok pipinya dengan sangat lembut. Ana tersenyum dengan imut.

Rencarnasi menjadi gadis imut 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang