Lego itu berbahaya

23 6 1
                                    

"Jadi bibi Tara, kapan Lily akan datang?" Sirin bertanya dengan penasaran sambil berjalan di lorong-lorong bangunan panti asuhan ceria.

Melihat hujan deras di luar sana. Perawat Tarasta tersenyum lembut kepada mereka bertiga.

"Tidak apa-apa jangan khawatir. Kalian pasti sangat baru disini, bagaimana jika kakak mengajak kalian berkeliling?"

"Aw~ kakak Tara sangat perhatian."

Mendengar bahwa Sirin sudah mengganti nama panggilannya dari bibi menjadi kakak, Tarasta tersenyum dengan cantik.

"Kamu memiliki mulut yang manis~"

"Hehehe~"

Berjalan melewati kamar asrama anak-anak satu demi satu. Tarasta mulai memperkenalkan tempat yang mereka kunjungi.

"Tempat ini area ruang makan. Lihat kekacauan yang mereka buat disini, pasti mereka baru selesai makan barusan. meskipun sudah di ajarkan untuk menyusun piring selesai makan, mereka selalu melupakan cara menyusun kembali meja dengan rapi."

Melihat kekacauan yang dimana meja makan agak sedikit kotor dan banyak bangku yang bergeser sana sini yang membuat pasien OCD tingkat berat berteriak dengan histeris. Sara merasa ini agak rapi, dan tidak sekacau yang dia bayangkan.

"Tidak buruk."

Mereka terus berjalan.

"Ruangan ini tempat mereka selalu belajar. Perawat lasttas selalu mengajarkan anak-anak banyak pengetahuan disini. Mulai dari matematika, pengetahuan bahasa, fisika, tata Krama, dan lainnya. Jika ada masalah dengannya, tolong suap dia dengan permen. Dia suka hal yang manis-manis."

"Akan aku selalu ingat." Sirin mencatatkan dengan hati-hati.

"Lalu disini perpustakaan. Meskipun buku di dalamnya tidak terlalu banyak, tempat ini sangat populer karena memiliki hampir sebagian besar buku koleksi dongeng anak-anak. Jika kalian bosan, baca saja sepuas kalian."

"Hm."

"Ini area lapangan bermain, sayang di luar turun hujan. Anak-anak sangat suka bermain petak umpet disini."

"Lalu..."

Melihat bahwa perawat Tarasta mulai memperkenalkan tempat satu demi satu dengan sangat rinci. Sara juga ikut bertanya dengan penasaran.

"Bagaimana dengan anak-anak, aku tidak melihat mereka dari tadi."

"Ah, jika sudah selesai makan, mereka biasanya pergi ke ruang bermain untuk olahraga. Jangan khawatir, kita bisa pergi ke sana secara perlahan-lahan." Perawat Tarasta tertawa dengan aneh, dan mengelap keringat yang ada di keningnya dengan hati-hati.

Sara memandangnya dengan curiga.

Memperkenalkan ruangan yang mereka lewati satu demi satu secara perlahan-lahan seperti tour keliling lapangan. Mereka sempat beristirahat sejenak, dan tidak merasa bahwa waktu berlalu dengan sangat cepat.

Jam 19.00.

Hujan di luar sedikit mereda, dan suasana gelap di luar sana mulai menjadi lebih suram, dan dingin. lampu-lampu jalan juga mulai dihidupkan satu demi satu di bawahnya tetes-tetesan air hujan yang memercik.

"Dan disini kita sampai... Ruang bermain." Perawat Tarasta semakin mengelap keringat yang keluar dari keningnya semakin sering, dengan sapu tangan, dan dia tidak berani membuka pintu sama sekali.

Mendengar bunyi sorak-sorakan anak-anak dari sisi balik pintu kayu coklat. Sara menggeser badannya, dan melihat pintu, dari celah-celah tubuh bibi Tarasta.

Rencarnasi menjadi gadis imut 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang