Bantuan keberanian

20 6 0
                                    

Banyak telah berubah.

Itu yang hanya bisa dikatakan oleh sirin saat ini. Hugo menurutnya orang yang ceria, sekarang sudah bersikap cukup dewasa.

"Aku bertanya kepadamu, apakah kalian biasanya saling berhubungan satu sama lain? Maksudku dengan Sara."

"Hm... Bisa dibilang begitu."

Hugo melihat kedepan dengan kosong.

"Teman datang, dan mereka juga akan pergi. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Yang hanya aku bisa lakukan hanyalah tetap fokus kedepan. Tidak lebih dari itu."

"Aku sudah terbiasa. Aku dan dia memiliki kehidupan masing-masing. Itu sudah cukup."

"Hm... Sepertinya kamu benar-benar merelakannya."

Hugo tertawa pelan: "Sepenuhnya tidak. Aku hanya mencoba untuk melupakannya. Bagaimanapun, kedatanganmu yang memiliki wajah sama sepertinya mengingatkan aku dengan masa lalu."

Hugo tiba memegang keningnya dengan bingung.

"Ini aneh. Aku tidak pernah berbicara blak-blakan dengan orang lain bahkan kepada orangtuaku. Kau menggunakan sesuatu kepadaku?"

Sirin tersenyum: "Hanya masa lalu, dan sedikit bumbu nostalgia."

Melihat bahwa di bawah menara banyak anak-anak yang seumurannya dengan mereka berdua, berkeliaran. Sirin bertanya dengan penasaran.

"Hei, apakah orang-orang di bawah berhubungan denganmu?"

"Maksudmu teman sekelas? Tentu saja. Kami satu angkatan mahasiswa baru mengadakan rekreasi secara berkelompok. Aku heran kenapa hari minggu dilaksanakannya. Kenapa tidak hari belajar saja?"

"Agar tidak menggangu mata pelajaran."

"Jawaban yang cukup klise."

.....

Bisa melihat area parkir dari tempat ini. Sirin memang bisa melihat bus-bus besar, berjejeran disana dengan sangat rapi.

"Kau sepertinya tidak berbohong."

Melihat kamera yang ada di tangannya Hugo. Sirin tersenyum kecil.

"Hei penguntit. Bisakah kau memperlihatkan apa yang kau foto barusan?"

"Tentu."

Melihat Hugo langsung menyerahkan kameranya, tanpa pertanyaan lebih lanjut. Sirin tiba-tiba terdiam.

Hugo tersenyum dengan merendahkan: "Kau berpikir aku akan menolaknya? Sungguh naif!"

Melihat bahwa Hugo membusungkan dadanya dengan sombong. Sirin memicingkan matanya dengan tajam.

"Biar aku lihat apa yang membuatmu sangat sombong."

Membuka galeri dan mulai mengecek foto-foto yang tersimpan disana. Sirin melihat sesosok wanita cantik.

Rambut kastanye agak keorenan, mata polos serta murni, kulit lembut dan senyuman kecilnya seolah-olah secantik bayi malaikat. Meskipun dia memiliki rambut pendek, rambut yang agak sedikit panjang di ikat di belakangnya memberikan rasa awet muda.

Secara ringkas, perempuan ini terlihat cukup imut dan bodoh.

Lihat matanya yang sangat polos. Sara dulu juga polos karena ketidaktahuan. Namun orang ini, benar-benar polos seperti orang bodoh.

Dia lebih seperti malaikat murni daripada Sara.

Sirin: "...."

Hugo mengangkat bahunya: "Aku tahu pikiranmu. Seseorang tidak akan pernah menjauh dari apa mereka sukai."

Rencarnasi menjadi gadis imut 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang