Masuk kedalam kamarnya Amelia. Baik Roland dan Amelia memiliki detak jantung yang berdegup dengan kencang, dan mereka berdua langsung duduk di lantai.
"Bagaimana? Mereka marah?"
Melihat Amelia bertanya dengan penuh nada khawatir. Roland mendecakkan lidahnya.
"Ame, sebagai anak nakal kita harus tahu konsekuensi yang kita buat. Tapi karena ini baru pertama kalinya kau berbuat nakal, aku akan memberikan sebuh bonus."
"Serahkan saja semua kepadaku. Aku yang akan bertanggung jawab."
Melihat Roland yang sangat gagah berani di depannya ini. Amelia juga menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat.
"Terima kasih."
Duduk di karpet untuk meredakan detak jantungnya yang berdegup dengan kencang. Mereka berdua menenangkan diri sebentar, dan Amelia bertanya dengan penasaran.
"Kakak Roland, apakah menyenangkan menjadi anak nakal?"
"... Kenapa bertanya hal itu setelah melakukan semua ini? Kau menyesal?"
".... Tidak..."
Amelia melipat kedua kakinya yang kecil, dan memeluknya, sambil meletakkan dagu ke lutut kakinya.
Sebenarnya, alasan dia ingin menjadi anak nakal adalah karena dia ingin diperhatikan oleh kakeknya sendiri.
Kakeknya selalu sibuk setiap hari.
Hanya pulang ke rumah pada malam hari.
Amelia masih mengingat, dulu ketika kedua orang tuanya meninggal, dia sangat bergantung kepada kakeknya.
Namun... Entah sejak kapan, jarak mulai memisahkan mereka secara halus.
Amelia tenggelam kedalam ingatannya.
"Hei pak tua. Katakan jika kau merasa akan mati, Tolong bagi warisanmu jika merasa waktu ajalmu semakin mendekat."
"ENYAHLAH KAU DARI RUMAHKU!"
Mengintip dari jendela pintu kamarnya. Amelia melihat bahwa Roland dipukul oleh kakeknya menggunakan sapu dengan sangat marah.
Meskipun kakeknya terlihat sangat marah, Amelia bisa melihat bahwa kakeknya sangat senang.
Amelia tidak tahu kenapa kakeknya terlihat sangat senang.
Namun...
Dia iri.
"Aku ingin menjadi seperti kakak Roland." Amelia menghela nafas tidak berdaya.
"Bukankah sekarang sudah?"
Melihat Roland yang tersenyum lembut kepadanya. Amelia juga bersemangat, dan senyuman imut, mekar di wajahnya.
"Hm~!"
Roland menggosok rambut lembutnya dengan ringan: "Sekarang, mari kita lawan bosnya."
"Eh?"
Melihat Amelia memiliki ekpresi bingung di wajahnya. Roland tersenyum dengan lembut, seperti seorang malaikat yang telah jatuh kedalam godaan iblis neraka.
"Jangan malu! Ingat semua hal yang telah kita lakukan selama ini. Jika kau tidak melawan bos besar, kemungkinan besar kau akan lupa nanti yang aku ajarkan."
Amelia ragu.
"Tapi kakak tidak mengajarkan Ame apapun!"
Yang hanya diketahui oleh Amelia adalah dia disuruh Roland untuk membuatkan 3 cangkir teh dingin yang sedikit manis, dan setelah itu melakukan perintahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rencarnasi menjadi gadis imut 2
RomanceSudah 3 tahun berlalu begitu saja setelah peristiwa "itu" dimulai. Sara yang imut juga mulai berubah menjadi gadis cantik secara perlahan-lahan. Bukan hanya dia saja yang telah berubah, namun semua orang yang ada di sekitarnya. Nastya sendiri juga t...